(Atsna Virayani Yusriy Widarey/Mahasiswa D3 Perpajakan FEB Uhamka)
Serambiupdate.com
Bila dilihat data ekonomi Indonesia 2020 sepanjang April hingga Juni
terkontraksi lebih dari 5%, serupa dengan negara-negara lainnya Indonesia
mengalami masa-masa sulit menghadapi Covid-19 yang ikut memukul ekonomi.
Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi kuartal dua tahun ini
-5,32% secara tahunan, kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi normal di
tahun-tahun sebelumnya, dimana pertumbuhan ekonomi kuartal kita dapat tumbuh
5%, namun pelemahan ekonomi sudah mulai kita rasakan sejak kuartal pertama
Januari hingga Maret. Dimana Covid-19 perlahan melumpuhkan aktivitas ekonomi.
Mengambil lebih rinci lagi dari sisi tiga sektor usaha,
yakni sektor industri, pertanian, dan perdagangan, di kuartal dua baik sektor
industri dan perdagangan sama-sama melemah. Produksi pabrik-pabrik turun
seiring dengan sedikitnya permintaan dari dalam maupun luar negeri, sebut saja
produksi mobil, tekstil, dan pakaian. Sedangkan Perdagangan terpukul oleh
tutupnya sejumlah pusat perbelanjaan dan gerai ritel. Produk-produk pertanian
masih bisa bertahan mencatatkan pertumbuhan meskipun lambat, yakni 2,19%.
Hampir semuanya menderita kelesuan ekonomi, kontraksi
terdalam dialami warga pulau Jawa -6,69%. Artinya dampak ini sangat signifikan
karena hampir 60% ekonomi kita bertumpu di pulau Jawa. Wilayah Maluku dan Papua
satu-satunya yang masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif karena
peningkatan produksi biji tembaga, emas, dan LNG di kawasan Papua.
Dalam rangka pemulihan ekonomi Nasional tahun 2021
pemerintah menyiapkan anggaran Rp 372 Triliun yang telah dinyatakan oleh
Presiden Joko Widodo dalam acara MPL (Senin, 25 Januari 2021). Pemerintah juga
tetap melanjutkan sejumlah program perlindungan sosial dan untuk penanganan
kesehatan, pemerintah telah memulai program Vaksinasi.