(Shakira Azzahra Fatika / Mahasiswa FEB Uhamka)
Serambiupdate.com Pandemi
Covid-19 mengakibatkan beberapa sektor yang ada di Indonesia mengalami
kelumpuhan, salah satunya pada sektor pendidikan. Meskipun pandemi ini membuat
sekolah tatap muka harus diberhentikan sementara, namun pemerintah tetap
melaksanakan sekolah online/daring. UU No. 23 Tahun 2014 menyebutkan,
pemerintah daerah wajib melaksanakan pendidikan. Di tingkat kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar (sd-SMP), dan di tingkat provinsi untuk pendidikan
menengah (SMA-SMK), sementara pendidikan tinggi ada di Kemendikbud. Guru dan
siswa dituntut untuk cepat beradaptasi terkait perubahan sistem pembelajaran.
Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pihak guru maupun siswa.
Guru harus bisa mengatur proses pembelajaran
secara online. Dengan bantuan media pembelajaran jarak jauh, dari penggunaan
media sosial hingga platform learning yang ada. Masalah muncul ketika ada
sebagian daerah yang tidak mencapai akses internet yang memadai sehingga
mempersulit jalannya pembelajaran online. Peran guru disaat seperti ini bukan
hanya membuat pembelajaran online dapat berjalan dengan lancar, tetapi juga
dapat mengayomi siswa yang berada di luar kemampuannya untuk mengikuti
pembelajaran daring/online. Pembelajaran online membuat kegiatan pada saat
pembelajaran sulit terpantau, sehingga guru tidak bisa mengukur perkembangan
siswa.
Siswa diharapkan dapat menyesuaikan dengan
pembelajaran daring yang telah disiapkan oleh guru. Keluhan siswa kebanyakan
mengacu pada tugas yang diberikan oleh guru. Ketika sekolah tatap muka di
laksanakan biasanya akan menghabiskan waktu 6-8 jam, akan tetapi dalam
pembelajaran online ini banyak guru yang memberikan tugas diluar jam sekolah.
Selain itu, terkait fasilitas yang dimiliki tiap siswa pasti juga berbeda.
Sehingga mau tidak mau wali murid dituntut untuk mempunyai fasilitas
pembelajaran online seperti handphone yang memadai, wifi/data seluler untuk
menunjang pembelajaran para murid. Para murid juga diharapkan dapat menerima
materi secara baik dan maksimal walaupun kenyataannya pemberian materi secara
online lebih sulit dibandingkan dengan tatap muka.
Menurut saya, keresahan pada kondisi daring
saat ini bisa di atasi dengan beberapa solusi. Pembinaan kepada para guru
terkait metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Mengenai tugas yang
banyak diberikan guru terhadap siswa bisa dengan penyederhanaan kurikulum saat
pembelajaran daring, sebab pada saat seperti ini bukan hanya membuat stres
siswa dan wali murid saja, tetapi juga guru pun merasakan akibatnya. Sedangkan mengenai
sulitnya siswa dan guru mengakses pembelajaran daring, dengan memberikan
fasilitas terhadap guru dan murid sehingga dapat mengakses informasi lebih
mudah. Memperluas jaringan terkait sinyal dapat menjadikan komunikasi guru dan
murid lebih baik.