(Dwi Ari Setia Wati/Mahasiswa Perpajakan FEB Uhamka)
Serambiupdate.com
Pertumbuhan ekonomi global mengalami pelambatan drastis. Isu virus Corona
(Covid-19) menggiring masyarakat dunia hingga ke tebing mematisurikan. Virus
Covid-19 menjadi icon horror yang mendampak “knockdown". Keramaian jagad
manusia menjadi redup dan sepi. Aktivitas masyarakat tidak lagi bebas bahkan
dibatasi, lalu lintas ekonomi lesu, investasi dan perdagangan saham dunia
anjlok, harga minyak mentah dunia terjun bebas. Kini ekonomi global sedang
berbenah diri. Dalam situasi seperti ini kita harus lebih keras bekerja, juga
responsible dalam menghadapi situasi yang gamang dan rentan ini. Jangan
terlampau terjebak dan larut berkepanjangan mengikuti arus informasi dunia
tentang gencarnya isu virus Covid-19. Ikhtikat bahwa bangsa ini dapat
melepaskan diri dari jejaring perang paradigma antara Amerika dengan China itu
yang harus kita pahami dengan jeli. Mengapa terjadi perang paradigma, wacana,
Amerika dengan China?.
Saat ini perang ekonomi sedang berjalan terkait Amerika
dengan China. Amerika sebagai pemimpin dunia tidak akan menyerah kepada China
dalam hal apa saja. Ekspansi ekonomi China yang memiliki jaringan luas dengan
overseas Chinese telah menggeliat dan menunjukkan kekuatannya, dianggap Amerika
sudah melampaui batas toleransi, sedikit banyak akan berpengaruh pada
pergeseran roda ekonomi Amerika. Kewaspadaan ini disadari betul oleh Amerika.
Virus Covid-19 yang dianggap sebagai biang keladi mampu merontokkan ekonomi
negara-negara yang tidak mempunyai basis ekonomi kuat. Hal itu akan
mengakibatkan efek domino. Meski tidak sedahsyat seperti 1997, ketika George
Soros mencoba memonopoli dolar Amerika lewat valas, yang pada akhirnya
menggerus beberapa mata uang lain khususnya di Asia Tenggara. Indonesia
mendapat dampak yang sangat berat hingga rezim Orde Baru kukut dan terjadi
reformasi ekonomi politik. Peringatan kepada pemerintah sekarang dalam
merespons serta mensiasati gelombang besar tsunami wabah penyakit virus
Covid-19 yang berdampak pada seluruh aktivitas manusia di muka bumi. Dunia
seakan lumpuh oleh virus tersebut. Meski semua pihak baik dalam negeri maupun
luar negeri sibuk mengantisipasi wabah virus ini. Bahkan pemerintah
mengeluarkan peraturan agar seluruh tempat wisata di tutup, mall ditiadakan
aktivitasnya, aktivitas kantor di-lockdown dan transportasi massal dibatasi.
Pandemi Virus Corona akan berefek pada beberapa hal.
Pertama, krisis ekonomi yang memang sudah mulai terlihat di awal tahun 2020,
sekarang sudah semakin kelihatan. Nilai tukar rupiah yang semakin anjlok dan
kondisi ekonomi semakin lesu. Ancaman resesi terus menghantui Indonesia. Krisis
ini akan merambat pada krisis politik dan krisis sosial yang dampaknya mulai
terlihat. Hal tersebut seperti yang dikatakan Rizal Ramli “ekonomi Indonesia
memang terus anjlok karena salah kelola, bukan hanya karena Corona, tetapi
disebabkan mabuk hutang dan pengetatan makro, ekonomi hanya akan tumbuh 4% tahun
2020. Kalau tindakan terhadap corona efektif, ekonomi hanya akan anjlok lagi
-1%. Tapi jika tidak efektif, ekonomi akan anjlok -2% lagi”. Kondisi ini
memperkuat hitungan Syahganda Nainggolan yang menyebut, bahwa selesai Corona
bisa-bisa rezim ini jatuh. Bahkan Syahganda menghitung hari kapan kejatuhan
rezim ini, disebabkan pengelolaan yang amatiran.
Oleh karena itu, dalam kondisi yang demikian kita sebagai
warga negara wajib menjaga kesehatan, memperbanyak ibadah dan doa, serta
menghindari dulu keramaian. Sembari melihat perkembangan ekonomi yang kian
anjlok dan aksi lockdown yang sudah mulai diterapkan pemerintah daerah, rasanya
beban untuk menghadapi Corona ini sangat dirasakan oleh rakyat kecil yang
menggantung nasibnya pada penjualanan keliling dan lain-lain. Bisa juga kondisi
ini membawa pada krisis bahan makanan pokok. Negara wajib memikirkan hal ini,
termasuk menjamin penyediaan kebutuhan dan kelangsungan hidup masyarakat.
Mungkin krisis keuangan bagi rakyat kecil sudah mulai terasa dengan adanya Corona
ini. Di sini pemerintah wajib memikirkan bagaimana krisis keuangan itu bisa
diatasi untuk menghindari wabah kelaparan ditengah masyarakat kecil.