Karya Humaira Azzahra
(Mahasiswa Pendidikan Agama Islam FKIP UHAMKA)
Aku adalah seorang anak yang terbilang kurang pandai. Ada suatu
peristiwa dimana saat itu seorang guru memberi tugas yang hanya menyalin dari
buku paket ke buku tulis. Saat mengingat hal ini aku coba berfikir, apakah aku
seoraang anak yang saat itu berusia 7 tahun
belum bisa memahami perintah seorang guru untuk mengerjakan tugas yang
diberikan, atau apakah aku seorang anak bodoh yang tidak bisa mengerti perintah
itu. Saat itu aku hanya mengumpulkan sebuah buku kosong kedepan meja guru.
Setelah mengingat peristiwa itu aku mengenal diriku sebagai anak
yang bodoh, anak bodoh yang selalu mendapat nilai merah, anak bodoh yang selalu
tidak bisa menjawab sebuah pertanyan, anak bodoh yang selalu direndahkan oleh
teman-teman yang pandai dan guru disekolah. Tak ada satu teman pun yang mau
berteman denganku, bahkan mereka tidak peduli kepadaku. Aku duduk sendiri,
pergi kekantin sendiri., bahkan saat melakukan sesuatupun aku melakukannya
sendiri. Tak ada satu guru pun yang memberi rasa simpatinya bahkan mereka semua
mengabaikanku. Aku bagaikan makhluk dari dunia lain yang wujudnya tidak
terlihat.
Sembilan tahun aku merasakan hal pait ini, sampai disuatu masa aku
ingin menyerah karena sudah sangat lelah jiwa dan raga . Aku dipaksa harus
terus berdiri tegak diarus yang selalu membuatku jatuh. Bahkan orang tuaku
tidak bisa memberikan dukungan yang baik dan menyangkal semua perkataan mereka
tentangku. Harus bagaimana aku mengekspresikan mimik wajahku ini? Sedihkah?,
marahkah?, bingungkah?, kecewakah?.
Sampai aku bertanya kepada Rabb semesta alam
“ Yaarabb apa inilah takdirku diciptakan hidup kebumi? Menjadi anak
bodoh yang selalu direndahkan, menjadi anak bodoh yang dibandingkan orang
tua dan menjadi anak yang tidak
diinginkan oleh siapa pun. Apa aku tidak bisa mendapat takdir yang jauh lebih
baik yaarabb?
Bolehkah aku pulang kesisimu saja yaarabb? Aku sudah sangat lelah
berdiri sendiri untuk mengubah takdir.
Setealah mengadu dan bercerita kepada sang pencipta membuatku
memiliki secerca harapan dalam hati untuk berusaha dan berikhtiar dalam
belajar, belajar bukan untuk mejadi pandai tetapi belajar agar ilmu yang aku
dapatkan bisa aku fahami dengan baik, bisa aku praktikan dalam kehidupan dan
bermanfaat bagi orang lain.
Walau memiliki masa lalu yang sempat membuatku jatuh tetapi aku
tidak mau hanya berdiam diri meratapi nasib, aku berusaha mejadi manusia yang
lebih baik dari masa lalu dan mengingat bahwa “ semua manusia yang diciptakan
allah swt memiliki keunikan tersendiri, memiliki proses yang berbeda-beda”.