Karya Aisyah Syahfitri Oktaviani
(Mahasiswa Manajemen FEB UHAMKA)
Efeketivitas pembelajaran dalam jaringan (daring) yang dilakukan pelajar, tak terkecuali kaum intelektualisme dengan gelar Agent of Change yakni mahasiswa, seolah berkamuflase menjadi sebuah tanda tanya besar. Sistem pembelajaran yang beralih ini dapat diartikan sebuah peluang atau justru tantangan. Kaum-kaum yang mau berfikir seolah dituntut untuk turut berkompeten seiring berkembangnya arus globalisasi. Dalam upaya merevitalisasi sistem pembelajaran yang terdampak oleh virus covid-19, Blended learning seolah menjadi jalan satu-satunya agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan dengan baik. Blended learning sendiri adalah perpaduan antara dua sistem pembelajaran (Ofline) dan (online) menjadi suatu kegiatan mengajar dengan tetap memperhatikan segala aspek yang akan terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi.
Peleburan dua metode tersebut disebabkan
oleh virus yang saat ini dikenal sebagai Covid-19. Wabah
ini pertama kali muncul di Kota Wuhan, Propinsi Hubei, Tiongkok. Oleh karena
itu daerah tersebut kemudian menjadi episentrum pertama Virus Corona. Dalam
kurun waktu singkat, penyakit ini kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Alhasil pada 11 Maret 2020 Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) mengumumkan status Covid-19 beranjak menjadi pandemi
global yang menimpa lebih dari 200 negara di dunia.
Tantangan atau sebuah peluang mungkin keduanya memiliki andil masing-masing dalam keadaan saat ini. Namun, perlahan tapi pasti pandemi corona ini justru mengakselerasi dunia pendidikan dalam digitalisasi 4.0, yakni sistem daring yang mendorong pemanfaatan teknlogi dan informasi dikemas melalui platform-platform digital tertentu. Akan tetapi, solusi yang ditawarkan ditengah pandemi Covid-19, tentu memunculkan tantangan-tantangan dalam pelaksanaan model pembelajaran jarak jauh. Salah satunya sivitas akademika yang harus menyiapkan modul pembelajaran, sistem dan lain-lain, para BPTI yang harus menyiapkan platfrom akses dan penghubung antara pelajar dengan pendidik dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Alhasil semua harus beradaptasi dengan model pembelajaran daring ditengah Pandemi Covid-19. Kelemahan peserta didik terletak pada sinyal jaringan internet, karena waktu yang diterapkan sangat singkat. Contohnya seperti kuliah online dalam sistem baris scanner, fotocopi, bahkan poto. Mencari file setelah scanner. Kesimpulan lain, bahwa terkadang waktu dibatasi, tidak ada kuota internet dan keterbatasan media yang di gunakan dan penyesuaian terhadap finansial setiap orang berbeda-beda untuk menghadapi situasi seperti sekarang.
Pengembangan sistem pembelajaran di sekolah atau perguruan tinggi dengan metode daring (dalam jaringan). Seperti yang ada pada kampus UHAMKA, semenjak pandemi merebak Tim BPTI Uhamka dengan sigap langsung membuat sebuah website yang dapat menghubungkan antara dosen dengan mata kuliah / metode pembelajaran dan mahasiswa. Meski jarak jauh, mereka dapat berinteraksi satu sama lain, fitur-fitur yang terdapat pun sangat banyak, mereka dapat melakukan telepon bergambar, mengirim pesan, mengunduh modul pembelajaran, berdiskusi serta menerima tugas dan nilai. Website yang sudah digunakan oleh seluruh mahasiswa Uhamka ini diberi nama Online Learning Uhamka (OLU). Dibalik beberapa tantanngan yang sudah penulis uraikan, mari sama-sama kita lihat peluang yang ada pada situasi ditengah Pandemi Covid-19 ini.
Peluang yang penulis lihat dalam situasi seperti ini adalah pemanfaatan teknologi informasi guna meningkatkan skill kompetensi peserta didik yang memiliki waktu luang di rumah. Pasalnya, pembelajaran secara online dapat mengefisiensikan penggunaan waktu. Sebagai contoh penulis bisa menghadiri 2 sampai 3 kegiatan dalam satu hari seperti webinar, workshop, dan mata kuliah yang jarak lokasinya dapat tidak berjauhan melainkan satu media online yang sejenis serta ditempat yang sama. Dari pemanfaatan waktu berbasis online peserta didik yang telah mengikuti kegiatan tersebut dapat di implementasikan pada uji coba / perlombaan-perlombaan yang telah disediakan baik internal maupun eksternal lain. Perlombaan ini selain mengukur sampai mana kemampuan peserta dapat pula mencetak beberapa prestasi-prestasi oleh peserta didik melalui kompetisi baik bersifat ilmiah mauapun non-ilmiah. Sebab, penulis beranggapan bahwa hal ini tidak bisa dilakukan ketika sistem pembelajaran menjadi secara langsung (Ofline).
Kesimpulan yang penulis dapatkan mengenai model pembelajaran daring banyak yang mengatakan bahwa model pembelajaran dalam jaringan kurang efektif dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Penyebabnya karena kendala- kendala diatas, dan karena belum terbiasa dengan pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu sebaiknya antara peserta didik dengan pengajar saling menjalin komunikasi dan kontrak belajar guna menemukan titik terang dalam keberlangsungan sistem pembelajaran kedepanya.
Tantangan atau peluang. keduanya pasti ada dalam sebuah masa. Penulis beranggapan bukan tentang bagaimana kita bisa memilih satu diantaranya. Namun, bagaimana peserta didik mampu untuk terus mengupgrade diri serta beradaptasi dengan keadaan zaman yang terus mengalami perkembangan pesat mengikuti arus globalisasi. Sebab sebuah ide dan gagasan yang genial akan kehilangan esensi vitalnya bilang tidak dinegasikan dengan merubah tantangan menjadi sebuah peluang yang ada.