Karya Inez Fannisa Ayudia
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Uhamka
Jauh sebelum adanya pandemi Covid-19 dan sistem belajar jarak jauh melalui gawai
dan internet para siswa siswi mungkin pernah merasakan kegiatan atau sistem
belajar ‘Full Day School’ sistem pengajaran ini dilakukan sejak pagi sekitar
pukul 07.00 sampai dengan sore sekitar jam 15.30 maupun lebih. Para siswa dan
siswi dituntut untuk berada di sekolah untuk menunjang ilmu dari terbitnya
fajar hingga tenggelamnya matahari. Kegiatan tersebut dilakukan bukan tanpa alasan melainkan untuk
menumbuhkan rasa minat belajar dikalangan siswa siswi menengah pertama hingga
menengah atas.
Banyak pro dan kontra setelah kegiatan belajar ‘Full Day School’ di
berlakukan. Diantaranya banyak yang merasa sangat keberatan karena jam belajar
yang sangat padat dan terkesan sangat melelahkan, namun tak jarang pula ada
siswa siswi yang enjoy dengan adanya sistem belajar seperti ini yang
merasa sistem belajar ‘Full Day School’ mampu membuat siswa siswi menjadi lebih
disiplin dan tidak banyak waktu yang terbuang sia sia hanya untuk santai atau
bermain.
Namun sejak setahun lalu tepatnya pada bulan Desember 2019, Dunia sedang
tidak baik baik saja karena adanya pandemi Covid-19 yang turut serta menjangkit
seluruh benua di Bumi, termasuk Indonesia. Karena adanya pandemi Covid-19
kegiatan belajar mengajar di Indonesia sempat Kacau, namun hal tersebut hanya
bertahan sementara karena diadakannya kegiatan belajar jarak jauh melalui gawai
telefon dan sinyal internet yang kemudian disebut sebagai Sekolah Daring.
Melalui sekolah daring para siswa siswi dituntut untuk bisa melanjutkan sekolah
seperti biasa walaupun tidak dengan tatap muka seperti biasa, hal ini mungkin
memicu kegiatan atau sistem belajar dan pengajaran sebelumnya yaitu kegiatan
‘Full Day School’
Semenjak kegiatan sekolah daring dan Full day School yang dilakukan secara
beriringan yang membuat tenaga pengajar lebih menyuapi anak muridnya dengan
kegiatan belajar dan mengajar sebagaimana semestinya sama seperti halnya pada
saat sekolah tatap muka, bahkan banyak dari tenaga pengajar yang memberikan
tambahan tambahan tugas karena merasa para siswa siswinya hanya mengerjakan
tugas dari rumah dan tidak mungkin terasa terbebani oleh tugas yang diberikan.
Tak jarang pula para guru yang memahami kondisi sulit para siswa siswinya yang
bergelut dengan tugas yang begitu banyaknya. Hal ini turut dirasakan oleh para
orang tua murid yang merasakan bahwa kegiatan sekolah daring dan Full Day
school yang dilakukan beriringan jauh lebih menyulitkan dan terlalu membebani
sang murid bahkan orang tua/wali murid.
Jika lebih di perhatikan kegiatan Sekolah Daring dan Full Day School
sangat tidak efektif untuk dilakukan secara bersamaan atau beriringan, karena
kegiatan tersebut terlalu sangat membebani sang siswa, orang tua/wali ataupun
bahkan sang tenaga pengajar tesebut.