Karya Vivi Nurvadilah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Uhamka
Masyarakat
dunia sedang menghadapi pandemi wabah Covid-19. Di tengah merebaknya wabah
Covid-19 yang belum dapat diprediksi secara tepat tentang perkiraan waktu
meredanya wabah ini memaksa manusia untuk merubah kebiasaannya sehari-hari.
Salah satunya adalah kebiasaan belajar, peserta didik diharuskan belajar dari
rumah berbasis E-learning dengan berbagai macam fitur dan aplikasi yang
bervariasi. Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan E-learning yang dilaksanakan
dengan system belajar di rumah mengalami berbagai kendala, seperti sinyal yang
kurang stabil di masing-masing wilayah dan kuota internet yang terbatas.
Komisioner KPAI bidang pendidikan, Retno Listyarti menilai sistem belajar di
rumah dengan cara pemberian tugas-tugas sampai menumpuk berpotensi
mengakibatkan peserta didik mengalami stres. (dikutip dari CNN Indonesia).
Dikutip
dalan jurnal "Exploring The Relationships Between Academic Burnout,
Self-Efficacy and Academic Engagement Among Nigerian College Students"
bahwa academic burnout adalah kurangnya minat seseorang dalam memenuhi tugas,
rendahnya motivasi, dan kelelahan karena persyaratan pendidikan sehingga
munculnya perasaan yang tidak diinginkan dan perasaan tidak efisien. Senada
dengan pedapat tersebut Zhang Gan, & Cham (2007) menyampaikan dalam konteks
pendidikan bahwa academic burnout merupakan perasaan lelah dikarena tuntutan
studi, memiliki perasaan sinis dan bersikap menghidari atau menjauhi sekolah,
dan merasa tidak kompeten sebagai seorang peserta didik.
Beberapa
hal yang mempengaruhi academic burnout seperti kelebihan tugas yang dibebankan,
kurangnya kontrol baik diri sendiri maupun orang yang memberikan tugas,
kurangnya umpan balik dari tugas yang diberikan, kurangnya komunitas sebagai
sarana untuk berbagi, konflik nilai dan norma yang dianut, dan merasa kurang memperoleh
keadilan dengan tugas yang bertubi-tubi sehingga kurangnya waktu istirahat dan
melakukan kegiatan yang lain secara proporsional.
Berdasarkan
dampak yang ditimbulkan, terdapat beberapa solusi dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada. Pertama,
buatlah prioritas kegiatan harian dari yang penting ke yang kurang penting.
Dalam proses belajar, kita juga perlu menyusun materi pelajaran mana yang harus
dipelajari terlebih dahulu melalui cara ini, kita jadi lebih tahu mana yang
lebih perlu dikerjakan sehingga energi yang terkuras tidak terlalu banyak.
Menentukan prioritas dalam segala aspek hidup kita agar semua hal baik dalam
hal belajar atau diluar belajar dapat berjalan optimal.
Kedua,
lakukan hobi yang disenangi. Kita semua pasti memiliki hobi yang bisa membuat
kita merasa senang ketika kita mengerjakannya. Meskipun jadwal belajar sangat
padat, tidak ada salahnya untuk meluangkan waktu sejenak untuk refreshing. Ada
waktunya untuk semangat belajar, tapi ada juga waktunya untuk istirahat, dan
melakukan hal-hal kecil untuk menyenangkan diri sendiri. Kalau sudah burn
out apalagi depresi, hobi-hobi itu berasa tidak ada artinya. Kita bahkan
tidak bisa merasakan kesenangan lagi dari hal-hal yang tadinya membuat kita
senang.
Ketiga, berpikir positif juga dapat membantu seseorang terhindar dari burnout. Mengutip pada artikel “Conquering Burnout” oleh ilmuwan America, Christina Maslach dan Michael P. Leiter, energi positif dari orang lain adalah pengalaman yang menggembirakan, demikian juga dengan mengekspresikan energi positif kepada orang lain. Terakhir, lakukan istirahat yang cukup sesuai dengan kebutuhan usia masing-masing individu. Seperti yang dijelaskan pada infografis dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kurangnya istirahat dapat mengganggu konsentrasi saat belajar, memburuk kesehatan, dan menambah stres.