Serambiupdate.com Proses regenerasi para tenaga kesehatan ( nakes ) di tengah pandemi Covid-19 yang belum bisa terprediksi kapan berakhirnya menjadi isu yang tak bisa dilepaskan begitu saja. Apalagi, berdasarkan data yang dihimpun oleh Lapor Covid-19 hingga Senin (19/7/2021) tercatat sebanyak 1.439 nakes di Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19.
Sementara itu, tingkat kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari para nakes cukup tinggi. Dikutip dari laman http://bppsdmk.kemkes.go.id per Selasa (20/7/2021), di wilayah DKI Jakarta, jumlah total fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) berjumlah 6.409. Satu dokter umum perbandingannya bisa merawat 65 pasien dengan catatan penduduk 100.000. Sementara, seorang perawat dengan perbandingan jumlah penduduk yang sama bisa merawat 285 orang.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menuturkan, pandemi ini amat mempengaruhi proses regenerasi nakes. Untuk mendapatkan gelar dari bidang keilmuan masing-masing, harus membutuhkan praktik lapangan, tetapi semuanya terkendala akibat wabah.
Untuk tidak kaget menghadapi kejomplangan kebutuhan nakes , Dicky menilai seharusnya proses konsentrasi pendidikan tetap saja disesuaikan dengan seperti biasa. Tidak perlu lantaran tengah mengalami pandemi, para siswa pendidikannya diarahkan untuk ahli virus atau penanganan pandemi.
"Tentu pandemi ini akan berdampak dalam regenerasi. Namun, kalau konsentrasi pendidikannya tetap tidak harus semua menjadi itu. Hanya yang dilihat itu, sebetulnya setiap pendidikan itu ada proporsi ideal," ungkap Dicky ketika dihubungi, Selasa (20/7/2021).
Di kondisi sekarang, sambung Dicky, sangat banyak sistem yang harus dibenahi, termasuk di dalamnya sistem pendidikan. Menurut dia, perbandingan nakes dengan jumlah penduduk Indonesia belum memadai. "Kita melihat ujian terhadap sistem, termasuk sistem pendidikan kita bahwa pertama ya tentu tenaga kesehatan kita berbanding penduduk ini belum memadai," ucapnya.
Berdasarkan catatannya, untuk cakupan wilayah ASEAN, jumlah nakes Indonesia masih dapat dibilang berada di level bawah. Jadi, jelas Dicky, empat dokter itu kurang lebih melayani 10 sampai 20 ribuan penduduk. "Itu tentu tetap tidak memadai dan proporsional. Ditambah lagi, konsentrasinya banyak di Pulau Jawa atau kota-kota besar saja," bebernya. (AL)