Karya Arin Nuraeni
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Uhamka
Media sosial tentu saja memiliki manfaat yang baik. Kita bisa
mempererat hubungan kita dengan orang lain, bisa melihat posting-an yang
bermanfaat, menghibur, dan lain-lain. Namun di sisi lain, sejak munculnya media
sosial, tidak bisa diingkari bahwa muncul juga masalah-masalah sosial yang
baru. Salah satunya, cyber-bullying, yaitu mem-bully dengan membuat posting-an
yang menjelek-jelekan target atau dengan cara lain melalui media sosial.
Cyberbullying tidak hanya berupa hinaan atau cacian, namun dapat berupa
ancaman, pelecehan, pencemaran nama baik, penyebaran hoax (berita bohong),
penipuan, pengucilan, penguntitan, dan penyebaran informasi pribadi yang
ditujukan untuk mempermalukan korban. Berbeda dengan tindakan bully secara
fisik, cyberbullying tidak mengenal waktu dan tempat. Orang-orang yang menebar kebencian banyak bersembunyi di balik
akun-akun palsu.
Di era serba teknologi seperti sekarang, rasanya sering sekali ditemukan perkataan jahat dan penuh kebencian
dari dan untuk orang yang tidak saling mengenal di dunia maya. Kadang sampai
bikin bertanya-tanya, apa sih yang pernah mereka lakukan terhadap orang itu?
Kok, komentarnya jahat sekali.
Kata-kata yang jahat tentu dapat berpengaruh sangat luas dalam
kehidupan seseorang. Bukan hanya psikis orang yang bersangkutan yang tertekan,
namun keluarga dan orang-orang yang menyayanginya pun akan terluka oleh
komentar jahat itu.
Seperti yang terjadi pada tragedi bunuh diri Sulli, salah satu
aktris dan penyanyi asal Korea Selatan akibat kejamnya komentar yang dilontarkan
para haters lewat akun media sosial pribadinya. Sulli adalah salah satu contoh
dari sekian banyak dampak cyberbullying.
Oleh karena itu meskipun
dalam era keterbukaan saat ini siapapun bebas untuk mengutarakan pendapatnya,
namun tetap harus mempertimbangkan komentar atau ucapan yang dilontarkan, karena dapat berdampak buruk
terhadap psikologis seseorang. Apa yang ditulis mungkin akan membuat hari
seseorang menjadi lebih baik, namun bisa juga sebaliknya, memperburuk hari,
bahkan hidup orang tersebut. Oleh sebab itu tetaplah berhati-hati dan berempati
dalam mengonsumsi media sosial.