Serambiupdate.com Hasil panen budidaya jamur yang dipengaruhi oleh cuaca menyebabkan tidak tercapainya keadaan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram. Apalagi, jika suhu dan kelembaban, serta penyiraman belum sesuai kebutuhan.
Pada umumnya, proses budidaya
jamur hanya dilakukan dengan menyiram kumbung jamur. Hal ini mendorong
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk membuat sistem alat pantau suhu
dan kelembaban kumbung jamur dengan berbasis pada microcontroller, AI dan IoT.
Mahasiswa yang mengembangkan
terobosan baru ini adalah Satya Adhyaksa Ardy dari Teknologi Informasi, Via
Husna Mudiah dari Pendidikan Teknik Busana, Aisyatunnisa Tawakkal dari
Pendidikan Fisika, serta Nurul Kumara Fitriyani dan Tengku Khadijah Nurul
Hanifah dari Prodi Kimia
Satya menyampaikan, saat ini
dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0 dimana penggunaan teknologi
informasi jadi sangat penting untuk mampu bersaing dengan dunia global. IoT,
AI, robotik sensor, 3D Printing jadi teknologi utama penopangnya.
"Aplikasi Telegram kami
gunakan untuk memonitor suhu dan kelembaban kumbung karena jauh lebih murah
dibandingkan dengan mengembangkan aplikasi sendiri dan tampilannya mudah digunakan
oleh mitra," ujar Satya.
Mahasiswa lain, Via juga
menambahkan, sistem asisten ini memanfaatkan konsep IoT untuk mengirim data
suhu dan kelembaban dalam kumbung jamur tiram dari Telegram. Juga memanfaatkan
AI berupa Logika Fuzzy untuk menentukan lama penyiraman.
"Dengan mempertimbangkan
suhu dan kelembaban dari kumbung jamur tiram," ujar Via.
Aisya menjelaskan, alat ini
terdiri dari node sensor dan kendali utama. Mereka memakai sensor suhu DHT11
yang diletakkan di tiga titik kumbung jamur dan tiga sensor mengirim data suhu
dan kelembaban kumbung di setiap titik ke kendali.
Setelah dirata-rata, data yang
didapat menentukan lama penyiraman yang dibutuhkan kumbung jamur memakai logika
fuzzy. Kendali utama menyalakan pompa air tekanan tinggi yang terhubung pipa
air dengan nozzle kabut.
Pipa melintang di atas rak baglog
jamur, menghidupkan kipas angin turunkan dan ratakan suhu serta kelembaban
kumbung. Alat bisa bekerja otomatis dan manual yang dapat diatur menggunakan
Telegram, sehingga petani bisa mengaturnya.
"Petani jamur dapat
mengontrol alat dan mendapat notifikasi suhu dan kelembaban kumbung, kapan
dilakukan penyiraman dan lakukan input data panen lewat Telegram dengan bot
dari ponsel mereka," kata Aisya.
Fitur terbaru alat ini juga
disertakan website untuk visualisasi data suhu, kelembaban dan data panen yang
lebih baik. Karya ini juga berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Penerapan IPTEK pada 2021. (TS)