Aku ingin bertanya apakah kamu masih ingat
dimana kita duduk bersama berdua berdiskusi tentang sebuah senja, saat mata
tidak berhenti menatap dan hati enggan untuk berdetak. Kita berbicara tentang
cinta dan mati dimana kita akan hidup kekal abadi di nirwana yang kita ciptakan
bersama. Akan ku mulai cerita ini disebuah sore yang tenang pesisir pasir terus
berdesir menyapa kita yang saat itu sedang melagkah menyussuri arah mata angina
layaknya seorang pengembara.
Tidak ada kata yang tersimpan difikiran ku
selain apa yang kamu rasakan saaat ini, apakah kamu senang? kata kata itu tidak
pernah berani terucap karena aku tidak siap akan jawaban yang nanti kau
berikaan. Hanya tuhan yang mengetahui apa yang saat ini sedang kurasakan dan saat
itu aku mencoba berfikir untuk berani melihat seringai senyum kecilmu. saat itu
aku paham “ketika kita ingin melihat keindahan yang sederhana dan menjalankan
Ibadan yang paling mudah maka tersenyumlah”. Karena tidak ada nilai yang dapat diukur oleh nominal selain apa yang
membuat mu bahagia dan nyaman sehingga dirimu ikhlas dalam menuai perjalanannya.
Obrolan tentang senja tidak ada akhir untuk kita menutup cerita kisah yang pernah kita lukis adalah cara terbaik tuhan menuis sekenario tentang kisah cinta dua orang anak manusia yang menyampaika cita melalui doa kepada tuhan pencipta alam semesta.