Karya Ilham Jamaludin
Mahasiswa D3 Perpajakan FEB Uhamka
Mahasiswa merupakan seorang pelajar yang sedang mengenyam bangku perkuliahan. Salah satu hal yang membedakan antara siswa dan mahasiswa adalah cara mereka mengikuti proses pembelajaran di lingkungan pendidikan. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah kebanyakan hanya bersifat satu arah. Siswa hanya mendengar, menuruti dan menerima materi yang diberikan oleh gurunya. Sementara itu, pembelajaran di perguruan tinggi lebih bersifat interaktif. Mahasiswa dan dosen ataupun sesama mahasiswa dapat saling berdiskusi dan bertukar pendapat tentang suatu topik yang sedang dipelajari. Namun demikian, tidak semua pembelajaran di perguruan tinggi seperti itu. Semua bergantung kepada dosen, mahasiswa, dan kebijakan masing-masing perguruan tinggi.
Kualitas dan kreativitas dosen tentunya berbeda-beda. Ada dosen yang fokus dan peduli terhadap pembelajaran di kelas sehingga proses belajar menjadi lebih interaktif. Akan tetapi, ada juga dosen yang hanya sekedar berceramah dan memberikan tugas kepada mahasiswa. Tugas yang diberikan pun terkadang membuat mahasiswa malas mengerjakannya. Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat mahasiswa memilih untuk menyerahkan tugas tersebut kepada orang lain, tukang joki sebutannya.
Saat ini orang yang menyediakan jasa joki tugas kuliah sudah bertebaran di dunia maya. Mereka menerima jasa berupa pengerjaan soal, pembuatan makalah, power point, skripsi, dan jasa lainnya. Cukup dengan mengirimkan bukti pembayaran, mahasiswa hanya tinggal menunggu hasilnya selama beberapa waktu tergantung dari jasa yang diminta. Hal ini bisa menjadi masalah besar bagi dunia pendidikan. Tugas yang semula bertujuan untuk mengasah kemampuan mahasiswa malah diserahkan kepada orang lain.
Pada dasarnya, jika jasa joki itu hanya digunakan ketika mahasiswa benar-benar tidak memungkinkan untuk mengerjakannya, maka itu tidak menjadi masalah. Justru keberadaan jasa joki dapat memberi keuntungan kepada mahasiswa. Akan tetapi, jika mahasiswa terus-menerus menggunakan jasa joki tanpa alasan yang masuk akal, maka itu sama sekali tidak dibenarkan. Coba pikirkan, apa lah arti kuliah jika tidak dilakukan dengan maksimal? Sudah berapa uang kuliah yang mahasiswa bayarkan? Mahasiswa harus sadar bahwa budaya tersebut hanya akan membuat bodoh dan sulit berkembang.
Dampak negatif dari penggunaan jasa joki tidak hanya berlaku untuk individu mahasiswa itu sendiri, melainkan untuk seluruh bangsa Indonesia. Sumber daya manusia unggul yang dicita-citakan seluruh bangsa akan sulit terwujud jika proses belajar dilakukan seperti itu. Jika dibiarkan terus menerus, maka penggunaan jasa joki dikhawatirkan akan menjadi sebuah budaya di dunia pendidikan. Tentunya semakin lama hal itu terjadi, semakin sulit pula upaya untuk mengatasinya.
Semua civitas academica di perguruan tinggi harus dapat menemukan solusi agar mahasiswa dapat mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Selain itu, orang-orang yang membuka jasa joki juga harus menghentikan jasa yang ditawarkannya. Bukan hanya sebatas memikirkan pendapatan yang akan mereka peroleh, tapi lebih dari itu, pikirkanlah bahwa kualitas mahasiswa Indonesia juga akan sulit berkembang