Karya Ruli Utami Anggraeni
Mahasiswa D3 Perpajakan FEB Uhamka
Stigmatisasi pelecehan di masyarakat ada pada dua hal,pakaian dan tempat. Masyarakat menggap bahwasanya pakaian terbuka dari seorang wanita yang merupakan faktor penyebab utama dari terjadinya pelecehan seksual.Namun,bukan hanya berhenti disitu tapi tempat terjadinya pelecehan distigmatisasi di ruang tertutup,gelap,malam hari dan sepi.Nyatanya,banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi diruang publik terbuka,disiang hari dan saat ramai,perlu juga diketahui bahwasanya pelecehan tidak hanya terjadi pada perempuan tapi juga pada laki-laki,anak anak,bahkan ibu-ibu usia lanjut.
Pemikiran yang masih saja kurang terbuka,kritis dan empatis di masyarakat,membuat tingkat kasus pelecehan seksual masih tinggi.Kesadaran setiap diri untuk turut menjaga orang-orang terdekat dilingkunganya atau pun mereka para korban pelecehan diruang publik masih sangat minim.Contohnya pada kasus begal payudara,merupakan kasus yang membuktikan argumen saya diatas dan mematahkan stigma masyarakat terkait tempat pelecehan.Dan,kadang pelecehan yang terjadi di ruang publik masih direspon sangat miris,ditertawakan,direkam dengan maksud jelek,didiamkan.Sangat miris rasanya hilang rasa saling menjaga atau mungkin rasa saling menghormati bukan hanya sebagai perempuan dengan laki-laki tapi antar sesama manusia.
Korban pelecehan seksual jelas akan mengalami masa sulit,baik ketika mereka dilecehkan di tempat ramai mau pin di tempat tertutup.Tapi,ketika korban dilecehkan di tempat ramai dihadapan orang banyak namun tidak ada yang merespon dan melindungi maka rasanya akan jauh dan sangat lebih terpukul dan menimbulkan trauma khusus dalam dirinya untuk bersosialisasi dengan masyarakat.Sebagai sesama manusia kita harus saling menjaga dan menghormati.Meningkatkan kepedulian dan perlindungan untuk diri sendiri dan sekitar penting dilakukan oleh setiap orang karena,pelecehan terjadi pada perempuan atau pada laki-laki.
