Karya Putri Olivia
Mahasiswa D3 Perpajakan FEB Uhamka
Pergantian kurikulum di Indonesia sering kali terjadi dan sudah menjadi polemik di negara Indonesia sendiri. Apalagi pada saat pergantian tahun pelajaran, pemerintahan akan mengadakan rapat untuk membahas kurikulum yang akan digunakan nantinya. Di Indonesia sendiri, ada 11 jenis kurikulum yang sudah pernah di terapkan di sistem pendidikan Indonesia. Dan setiap kurikulum yang digunakan, pasti ada plus minusnya baik bagi tenaga pengajar maupun siswa. Tentunya, pergantian kurikulum ini akan berpengaruh juga terhadap kualitas pendidikan Indonesia. Karena, kurikulum yang digunakan akan menjadi dasar dan acuan dalam kegiatan pembelajaran.
Pada saat penyusunan kurikulum baru, sering terjadi problematika antara pihak satu dengan pihak lainnya. Belum tentu juga dalam penyusunan kurikulum ini dapat di implementasikan dengan baik. Penyebab gagalnya penetapan kurikulum adalah kurangnya pengaturan proses dan target belajar siswa. Sedangkan menurut Tim Pengembang Kurikulum 2013, Hamid Hasan, persoalan kurikulum sudah menjadi penyakit akut di Indonesia, karena banyaknya kegagalan dalam penyusunan. Bahkan, permasalahan ini sudah terjadi sejak tahun 1975.
Polemik kurikulum yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini adalah mengenai perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Dimana, dalam permasalahan ini terdapat pro dan kontra. Ada yang bilang bahwa kurikulum KTSP tidak efektif dibanding kurikulum 2013, akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum 2013 lebih banyak menguras waktu siswa. Padahal, setiap kurikulum yang ditetapkan di sistem pendidikan Indonesia belum tentu sesuai standar, pasti ada saja kekurangan dan kelebihannya.
Maka dari itu, pengembangan kurikulum di Indonesia harus di tingkatkan lagi agar sesuai dengan standar pendidikan dunia. Kurikulum di Indonesia masih berfokus pada penjelasan dan pemberian informasi, sehingga membuat pendidikan di Indonesia sangat tertinggal jauh oleh negara lain. Seharusnya, kurikulum yang ditetapkan di Indonesia harus berfokus pada target belajar atau taxonomy siswa, karena target belajar ini yang sangat di pentingkan dalam pembelajaran. Dengan adanya target belajar yang jelas, akan membuat pendidikan yang lebih maju nantinya sebab sudah jelas arah pembelajaran yang akan di capai.
Selain itu, tenaga pendidik yang menjadi eksekutor kurikulum juga harus mendapatkan pelatihan untuk tercapainya taxonomy yang terdapat dalam kurikulum. Dan untuk pelatihnya ini bukan dari sembarangan orang. Mereka harus benar-benar paham tentang perkembangan dan penyusunan kurikulum. Jika, tenaga pendidik mendapatkan pelatihan tersebut, maka pendidikan Indonesia akan setara dengan negara maju lainnya, karena faktor untuk suskesnya penetapan kurikulum bukan hanya terdapat dari siswa saja tetapi tenaga pendidik atau guru sebagai eksekutor kurikulum juga harus mempunyai jiwa yang kompeten dan paham tentang kurikulum yang digunakan.