Serambiupdate.com Untuk mengetahui apa yang terjadi di otak manusia, beragam instrumen pencitraan otak bisa menjadi pilihan bagi para klinisi. Permasalahannya pilihan-pilihan yang tersedia sangatlah terbatas dan berbiaya cukup mahal. Selain itu, instrumen pencitraan otak khususnya yang bisa mendeteksi tumor otak belum tersebar secara menyeluruh di tempat-tempat layanan kesehatan.
Hal ini
dibahas selengkapnya oleh Pusat Neurosains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka pada sesi Talk Series.
Menurut dr
Edmi selaku Kepala Pusat Neurosains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka,
berbagai permasalahan yang ditemui di lapangan mendorong terciptanya inovasi
teknologi medis yang mampu mendeteksi tumor otak dengan kelebihan teknologi
berupa non-invasive atau tidak melukai otak dan kepala manusia, real-time
dalam artian cepat mengolah data, dan mobile dalam artian memungkinkan
instrumen tersebut berpindah tempat secara praktis dan pasien pun tidak harus
dalam kondisi berdiam diri. "Akan tetapi, sekalipun tiga kelebihan
tersebut terpenuhi, keterjangkauan biaya pemeriksaan pun wajib kita
pertimbangkan,” tuturnya.
Ia
mengungkapkan, sebelumnya kita telah cukup mengenal satu inovasi teknologi
medis yang diciptakan oleh Dr Warsito yang merupakan CEO CTECH Labs Edwar
Technology, yang dinamakan Brain ECVT (Electrical Capacitance Volume
Tomography), yang salah satu kemampuannya adalah mendeteksi gangguan di
otak manusia. “Hanya saja, hasil pencitraan otak tersebut masih sangat sulit
untuk diinterpretasi secara visual oleh para klinisi. Karenanya, diperlukan
satu formula baru guna mengatasi tantangan tersebut," lanjut dosen Uhamka
tersebut.
Dengan
dukungan riset yang ikut didanai oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
melalui Program Pengembangan Teknologi Industri, akhirnya formula yang
dinamakan sebagai Avarage Substraction Method tersebut berhasil dioptimalkan
sehingga tumor otak yang diidap seseorang bisa dideteksi secara cepat dan
murah. Penelitian yang dilakukan melalui kerjasama CTECH Labs Edwar Technology
dan Pusat Neurosains Uhamka ini berhasil dipublikasikan dalam International
Journal of Technology pada Tahun 2021.
“Tentu saja,
dengan pendeteksian secara dini, diharapakan tidak tertunda pula penaganannya
sebelum munculnya penyulit. Jika demikian, peluang untuk sembuh pun akan
semakin tinggi pula.” tutup akademisi yang sehari-harinya berkantor di Kampus
Gandaria Uhamka mengembangkan berbagai inovasi di bidang neurosains.