Karya Mila Septiana
Mahasiswa D3 Perpajakan FEB Uhamka
Apa itu
catcalling?banyak masyarakat yang belum mengenal istilah nama
"catcalling".
Sebagai
wanita, kamu pernah mendapatkan catcalling nggak
? Ya, seperti siulan, atau komentar laki-laki saat kamu sedang berada di jalan,
sehingga membuat kamu tidak nyaman. Banyak yang menganggap jika itu hal biasa,
hanya sekadar usil saat laki-laki menggoda wanita. Tapi tidak banyak yang tahu
bahwa hal itu ternyata memiliki arti kecenderungan seksual. Catcalling adalah
bentuk salah satu pelecehan seksual di ruang publik, bentuk dari definisi ini
yaitu tindakan yang tidak diinginkan dan dipaksakan pada seseorang di ruang
publik tanpa persetujuan mereka dan ditujukan kepada mereka berdasarkan jenis
kelamin, gender, ekspresi seksual, atau orientasi seksual mereka yang
sebenarnya atau dirasakan.
Catcalling
juga dapat dialami oleh siapa saja tanpa pandang jenis kelamin. Akan tetapi
rata-rata korban dari sikap catcalling ini yaitu perempuan, walaupun laki-laki
juga bisa jadi korban catcalling ini.
Catcalling
berkedok pujian, Catcaller ini adalah satu-satunya yang mungkin akan kamu
berikan senyuman canggung. Catcaller
tipe ini akan mengatakan sesuatu seperti "Kamu cantik" saat
berjalan di jalan. Mungkin mereka pikir dengan berkata seperti itu akan
mencerahkan hari kamu, tapi itu ternyata malah membuat kamu merasa tidak
nyaman, kan?
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Stop Street Harassment, hampir 99 persen
responden wanita pernah merasakan pelecehan di jalanan, termasuk catcalling. Pelecehan seksual ini bukan
hanya ketika wanita dihujani kata-kata bernada seksis seperti “kamu cantik”
atau “kamu seksi”, namun juga beberapa bentuk lainnya, seperti:
Mengatakan
kata-kata seksis yang eksplisit.
Lirikan,
yakni ketika laki-laki melirik wanita dengan tatapan penuh nafsu.
Bersiul,
yakni ketika laki-laki mengeluarkan siulan dari mulutnya dan biasanya ditujukan
untuk melecehkan bentuk tubuh wanita yang dianggapnya seksi.
Memperlihatkan
gestur vulgar, misalnya menggigit bibir bawah tanda laki-laki tersebut sedang
birahi.
Menurut
survei pelecehan seksual yang melibatkan 470 responden perempuan di
Jakarta, sebanyak 18% korban pelecehan itu memakai celana panjang dan rok
panjang, 17% memakai jilbab, 16% memakai baju panjang, dan 14% memakai seragam
sekolah. Pelecehan seksual termasuk catcalling juga lebih banyak terjadi pada pagi dan siang hari,
baik di jalanan maupun di transportasi umum. Jadi, nggak benar ya mitos usang
yang bilang bahwa pelecehan terjadi karena perempuan memakai baju terbuka,
atau terjadi karena perempuan 'keluyuran' di malam hari.
Cara melawan
atau menghindari catcalling
Menghindari
kumpulan atau gerombolan laki-laki di pinggir jalan.
Berhenti dan
menatap mata mereka. Sekali-kali beranikan diri untuk tidak menunduk dan
melihat ke arah mereka.
Hindari
menggunakan perhiasan menyolok.
Dampak dari
catcalling
Catcalling
picu depresi
Sebuah studi
di Norwegia yang dilakukan pada hampir 3.000 siswa-siswi sekolah menengah atas,
mengungkapkan bahwa pelecehan seksual nonfisik seperti catcalling dapat
meningkatkan gangguan pada mental. Mulai dari depresi, kecemasan, rendah diri
dan citra negatif terhadap tubuh.
Muncul
perasaan ‘terancam’ ketika wanita berada di tempat umum yang bahkan banyak
orang di sekitarnya.
Penurunan
harga diri yang terlihat dari cara berpakaian, ekspresi wajah, dan emosi yang
diperlihatkan di depan umum
Terus-menerus
mendapat catcalling juga dapat mengakibatkan wanita menerima bahwa dirinya
hanyalah objek, bukan wanita yang berhak bersuara atas keinginannya sendiri.