Serambiupdate.com Kegiatan webinar Potensi Ekonomi Film Berbasis Layanan Over the Top (OTT) di Indonesia, Jumat (24/09) yang diselenggarakan Lembaga Sensor Film Republik Indonesia bekerja sama dengan Uhamka berlangsung sukses dan lancar.
Keynote speaker dalam kegiatan webinar yaitu Dr (HC) Ir Airlangga Hartanto MBA MMTIPU (Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia) dan Dr H Tb Hasanuddin SE MM (Anggota Komisi I DPR RI). Rommy Fibri Hardiyanto (Ketua Lembaga Sensor Film RI) dan Prof Dr H Gunawan Suryoputro (Rektor Uhamka) menyampaikan sambutan dalam kegiatan tersebut.
Rommy menjelaskan dalam sambutan tentang potensi ekonomi sangat besar pada film berbasis layanan OTT yang perlu mendapat perhatian bersama. Jika dikelola dengan baik maka akan meningkatkan pendapatan negara. “Menurut survei media patner asia, pelanggan nexflix per Januari 2021 mencapai 850ribu, view pelanggannya 1,5 juta pengguna, dan video 1,1 juta. Angka ini menunjukan potensi ekonomi yang sangat besar dan ini menjadi perhatian bersama tentu saja Ketika dikelola dengan baik maka pendapatan negara akan meningkat.” tuturnya.
Prof Gunawan uhamka dalam sambutannya menyampaikan bahwa Uhamka siap mendukung penuh yang dilakukan lembaga sensor film Indonesia untuk Indonesia berkemajuan. “Webinar ini merupakan bagian dari Pendidikan pengajaran, kami ingin juga ada riset, penelitian atau pengabdian sehingga lebih jauh kita melakukan bersama-sama untuk kemajuan perfilman di Indonesia.”
“Pada hari ini kita melaksanakan webinar bertema menarik dan hal yang penting karena nonton streaming menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi kalangan generasi milenial dan generasi x yang inginnya menonton simpel namun perlu diperhatikan bagaimana sistem sensornya. Selamat berseminar dan kita terus melakukan kolaboirasi untuk kemajuan Indonesia bersama-sama.” tambahnya.
Pada kegiatan webinar ini, dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uhamka Dr Zulpahmi didaulat menjadi satu dari keempat pembicara lainnya, yakni Ody Mulya Hidayat (Produser Film/ Owner Max Pictures), Chand Parwez Servia (Ketua Badan Perfilman Indonesia), Putri Ayudya (Aktris Film), dan Mukayat Al Amin M Sosio (Sekretaris Komisi III LSF RI).
Zulpahmi menyoroti potensi perekonomian Potensi Ekonomi Film Berbasis Layanan Over the Top (OTT) mengarahkan pembangunan perekonominan Indonesia berbasis digital. Zulpahmi memaparkan, “Industry 4.0 dengan perekembangan teknologi digital Indonesia yang mengarahkan pada pembangunan perekonominan berbasis digital. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang sangat besar dalam perekonomi digital. Banyaknya pengguna internet di Indonesia menurut penelitian gold and maset salah satu yang mendukung perekonomi berbasis digital di Indonesia.”
Zulpahmi menjelaskan, "Diperkirakan 2025 ekonomi digital diperkirakan akan menciptakan 3,7 juta kerja tambahan salah satunya melalui perfilman. Asosiasi penyedian interner Indonesia menyatakan bahwa pengguna internet mencapai 73 persen dari populasi Indonesia. Sementara itu, badan statistik pengguna internet hampIr 1,6 juta pengguna.”
“Perfilman sebagai media untuk mempromosikan, mengedukasi masyarakat Indonesia agar semakin sederhana, mudah, cepat, dan bebas biaya menggunakan atau menonton saluran film yang mencapai daerah pelosok melalui smartphone. Akhirnya, lembaga sensor film RI menanggung tugas berat dalam hal sensor film dengan mensosialisasikan sendor mandiri untuk mempersipkan masyarakat dapat menonton film dengan nyaman dan aman melalui gadgetnya,"tambahnya.
Zulpahmi kembali menjelaskan, "Penyedia platfrom yang hadir di Indonesia itu legal dengan pembiayaan sangat murah seperti netfix, iflix, viu, vidio berbasis OTT ini membawa banyak berpengaruh pada industri hiburan di Indonesia dan dunia. Netflix merupakan platform yang ditampilkan dengan harga kisaran 100-150an yang menyajikan serial dari berbagai negara baik India, Korea, Indonesia, Jepang. “
Dia menambahkan, “Untuk gopay sendiri dengan adanya OTT ini, penggunanya ini meningkat menjadi 10 kali lipat pada 2020 yang menjangkau 125 juta pengguna gojek. Potensinya sangat besar memanfatkan peluang melalui transisi digital. Plaftom digital yang dapat menjangkau pelayan perfilm di Indonesia. Melalui industri perfilman dapat menyerap tenaga kerja hampir 5000ribu pada sektor animasi dan audio serta sektor film lainnya.”
Dia melanjutkan, "Dengan adanya platform OTT dapat meningkatkan ekonomi dan tenaga kerja kita dengan diberlakukannya ppn 10 persen bagi produk digital sejak Agustus 2020. Namun demikian, pendapatan perfilman dibisokop sangat besar dibandingkan film berbasis OTT. Namun sejak pandemi, pendapatan perfilman bioskop mengalami kerugian. Oleh karena itu, kita harus mampu beradaptasi dan berinovasi untuk bertahan sesuai perkembangan teknologi digital dan situasi yang ada. Dengan kita menfaatkan ekonomi berbasis digital yakni film platform OOT karena pasar kita sangat besar yaitu pengguna internet dan bonus demokrasi di negara kita. ”
Empat ratusan partisipan se-Indonesia telah mendaftar sebagai peserta pada webinar yang terdiri dari berbagai kalangan.