Viola Alfiorelia
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FIKES Uhamka
Sekolah daring selama pandemi
Covid-19 ini memberikan konsekuensi akademis, sosial, dan emosional bagi siswa
sekolah. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang diambil dari Amerika Serikat.
Melansir dari
Medicinenet, studi ini melibatkan lebih dari 6.500 siswa di Orange County
Public Schools di Florida yang disurvei pada Oktober 2020.
Pada skala 100
poin, siswa tatap muka mendapat skor lebih tinggi daripada siswa jarak jauh dalam kesejahteraan
sosial (77,2 berbanding 74,8), kesejahteraan emosional (57,4 berbanding 55,7)
dan kesejahteraan akademik (78,4 berbanding 77,3).
Menurut
penelitian yang diterbitkan online 13 Juli di jurnal Educational Researcher,
kesenjangan yang berkembang ini konsisten di seluruh gender, ras/etnis dan
status sosial ekonomi.
Rekan penulis
studi Laurence Steinberg, seorang profesor di Temple University di Philadelphia
menyampaikan, “Khususnya, kesenjangan yang berkembang lebih besar di antara
siswa di kelas 10 hingga 12 daripada di antara siswa kelas sembilan.”
Virus Covid-19 yang tiap hari kian merebak pun tak bisa
dihindarkan. Mengharuskan semua manusia mengubah pola kegiatan dan aktivitas
yang biasa dilakukan. Tentu saja dengan bagaimana seluruh lapisan masyarakat
menggapai kepentingannya masing-masing pun beralih dan bergantung pada
peradaban teknologi yang tersedia. Semuanya tak bisa jauh dari genggaman gadget nya masing-masing. Sibuk dengan
perihal satu ke perihal lainnya,
pegawai kantoran pun
diubah menjadi pegawai rumahan atau istilah keren nya work from home begitupun para siswa menjadi tahanan rumah dengan
segala pertemuan kelas onlinenya.
Uniknya, pertemuan berbasis online justru menciptakan
penilain baru. Off cam dan on cam, di team mana kamu berpihak?
Seakan terbagi 2 kubu yang tak bisa disatukan. Sebagian para pelajar dan
pegawai keberatan akan perihal on cam dengan
sejuta alasan dan yang paling utama dan tidak bisa di ganggu gugat adalah
stabilitas jaringan internet. Tetapi, sebagian para dosen, guru serta atasan
kerja mengharuskan para siswa dan pegawainya agar tetap on cam dengan gagasan utama nya “ingin mengetahuai mereka serius
atau tidak”. Tidak ada titik terang terhadap dua gagasan tersebut, bak kutub
yang saling bersebrangan. Hingga merambat terhadap penilaian antar individu,
sopan atau tidaknya kita saat ada pertemuan online.
Pengertian dan kepeduliaan atas keprofesionalisme diri adalah kunci ditengah hiruk pikuk dan kelelahan atas perbedaan pikiran. Ditengah pandemic yang belum mereda dengan segala sentimental diri yang kian tak terurus menjadi emosi tak beguna. Kita seharusnya paham atas batasan-batasan posisi masing-masing. On cam dan off cam hanya urusan keprofesionalisme belaka, bukan hal yang sepatutnya berkubu pun memanas. Kini saatnya kita menjunjung tinggi diri dengan memperlihatkan sisi keprofesionalisan yang kita punya, hingga saatnya tiba, meninggalkan dunia online dengan pertemuan tatap muka yang sebenarnya. Jaga diri hingga saatnya terwujud dan jangan lupakan jiwa keprofesionalisme kalian.