Serambiupdate.com Mahasiswa semester 5 di kampus
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA tepatnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan sedang melakukan Pengenalan Lingkungan Persekolaha atau biasa
disingkat dengan PLP 1. Kegiatan PLP 1 ini dilakukan dari tanggal 23 September
s.d. 4 Oktober 2021. Tujuan adanya PLP 1 ini membangun landasan jati diri
pendidik. PLP 1 ini bisa dilakukan di sekolah SMA, SMP, PGSD, dan Paud mereka
berkunjung ke sekolah sesuai dengan prodi yang mereka ambil di kampusnya. Kelompok
kami ini terdiri dari dua prodi yaitu Prodi Biologi dan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Pada PLP 1 ini kelompok kami
melakukannya di SMP Negeri 160 Jakarta. SMP Negeri 160 Jakarta adalah sebuah
Sekolah Menengah Pertama Negeri yang berada di Jakarta Timur, Indonesia. SMPN
160 Jakarta ini memiliki prestasi yang gemilang di bidang akademik maupun di
non akademik. Selain itu SMPN 160 Jakarta memiliki ekstrakurikuler di antaranya
yaitu basket, sepak bola, PMR, paskibra, karate, pencak silat, bola volley,
kesenian music, tari saman, dan lain-lain. Selain ektrakulikuler mereka yang banyak
tentunya didukung dengan fasilitas yang memadai seperti laboratorium IPA,
laboratorium komputer, perpustakaan, UKS, lapangan yang memadai, kantin,
masjid, ruang tata usaha, dan lain-lain.
Selain melakukan observasi lingkungan
sekolah kelompok kami juga melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru
pamong (guru IPA dan guru Bahasa Indonesia). Dalam wawancara kepada kepala
sekolah kita menanyakan seputar karakteristik umum peserta didik, struktur
organisasi, peraturan dan tata tertib sekolah, kegiatan seremonial-formal
dimasa pandemi, kegiatan kurikuler, kokulikuler, ekstrakulikuler dimasa
pandemi, dan yang terakhir mengenai kegiatan rutin dalam penerapan pembisaan
positif di SMPN 160 Jakarta. Selain itu juga kita mewawancara guru pamong
seputar proses kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA atau Bahasa Indonesia
secara daring, proses penilaian belajar, kendala saat pembelajaran daring, dan
cara meningkatkan mtivasi siswa saat pembelajran daring ataupun luring.
Saat melakukan wawancara ini kepala sekolah
digantikan dengan wakil kepala sekolah yang bernama Dedy Hernayadi, S.Pd. dalam
wawancaranya beliau mengatakan “Dalam pembelajaran daring dan luring ini ada
perbedaan pastinya, kalau luring langsung dan juga kita bisa langsung melihat
peserta didiknya dan juga bisa melihat apakah anak ini kabarnya baik atau
tidaknya. Nah untuk anak-anak SMPN 160 ini karakter baiknya itu baik memang
baik, tapi ada juga kalau ada saat luring yang terlambat biasa siswa yang
terlambat tidak diperkenankan masuk kelas kemudian, diberikan juga biasanya
tugas itu di ruang perpustakaan dia belajar dan mencatat ya apa-apa yang
pelajaran hari ini. Jika dalam pembelajaran daring ada juga yang bermasalah
dengan kota-kota,” ujarnya.
Wakil kepala sekolah juga memberitahukan
bahwa ada kegiatan posistif di SMPN 160 Jakarta ini, Dedy Hernayadi, S.Pd.
dalam wawancaranya beliau mengatakan “Setiap hari Senin Selasa Rabu Kamis itu
ada kegiatan sebelum kita mulai, Tadi dari jam 6.30 sampai jam 7. Pada hari
senin tuh ada senam bersama ya kemudian juga ada Marawis, selain itu juga ada
tadarusan jadi setelah tadarusan disambung dengan marawis dan itu setiap hari
senin, selasa, rabu, kamis,” ujarnya.
Selain wakil kepala sekolah yang
memberikan informasi kepada kami ada juga guru pamong dari mata pelajaran
bahasa Indonesia yaitu Ibu Anna Endang SP, M.Pd. mengatakan “Kalau
pelajaran bahasa indonesia disini, sulit diterima oleh siswa karena bahasa
Indonesia itu terlalu rumit. Saya katakan antara bahasa Indonesia dan bahsa
Inggris lebih rumit bahasa indonesia
karena bahasa indonesia itu masih pada tahap berkembang. Tapi bahasa
Indonesia ini sudah dipakai oleh seluruh dunia, tapi anka-anak mengatakan bahwa
kosa kata sulit apalagi ejaannya. Menjelaskan penyuntingan pun sangat sulit
bagi saya karena anak-anak tidak suka membaca. Selain itu juga siswa dalam
belajar bahasa Indonesia sering mengalami kebingungan, karena dalam pembahasan
soal bahasa indonesia mengacu pada prinsip aktual dan faktual,” ujarnya.
Ibu Restiana
Wulan Sari, S.Pd. juga mengatakan bahwa anak mengalami beberapa kendalam saat
pembelajaran daring “Kendala yang
dilamai dari siswa cendrung ke kouta internet siswa dengan orang tua, gadget,
leptop, serta komunikasi kepada siswa dan orang tuanya, Solusinya untuk yang
tidak memiliki kouta ialah diberikan sosialisasi kepada orang tua, tetapi jika
tidak mampu untuk membelinya maka sekolah memfasilitasi untuk mempersilahkan
siswa belajar disekolah menggunakan internet dan fasilitas yang ada disekolah,”
ujarnya.
Dengan adanya wawancara yang kami lakukan membuat kami
sebagai calon guru nanti mengetahui kondisi sekolah dan lingkungannya ataupun
kondisi dari peserta didik sendiri, mengetahui bagaimana dunia kerja sebagai
prospek kedepannya untuk menjadi guru, menambah pengalaman dan pengetahuan
dalam dunia kerja.