Deyana Wanda Aulia
(Mahadiswa Pascasarjana Uhamka)
Pendidikan di Indonesia saat ini menjadi sorotan besar. Bagaimana tidak, sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang terpengaruh besar oleh adanya pandemi ini.
Pendidikan yang seharusnya berjalan normal tatap muka di dalam kelas, menjadi tatap muka di rumah masing-masing secara virtual. Hal ini membuat sektor pendidikan berkebalikan.
Sebelum pandemi hampir tidak mungkin pembelajaran secara daring (dalam jaringan/online) terjadi, tetapi hal tersebut menjadi mungkin karena suatu keharusan. Pembelajaran perlu terus berjalan agar siswa tidak berhenti belajar.
Pembelajaran secara daring mewajibkan guru dan siswa untuk melek teknologi. Teknologi saat ini sudah sangat maju untuk dapat dimanfaatkan oleh dunia pendidikan. Dunia pendidikan perlu penyegaran sistem agar tidak selalu monoton. Namun, apakah kemajuan teknologi ini sudah dikelola dengan baik dalam dunia pendidikan?
Guru selalu berusaha untuk dapat memberikan pembelajaran yang terbaik untuk siswanya dan dengan penuh harap menginginkan siswanya agar mendapatkan pembelajaran yang terbaik. Guru mempelajari dan berusaha untuk terbiasa dengan kemajuan teknologi. Mengikuti seminar ataupun pelatihan-pelatihan.
Berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi yang kian hari kian pesat. Tetapi kemajuan teknologi tidak dapat disamaratakan kepada semua guru.
Pelatihan kepada guru lebih banyak dilakukan secara daring pula, sehingga untuk sebagian guru sulit untuk mengikuti langkah demi langkahnya. Tidak semua guru dapat mengaplikasikan teknologi tersebut dengan langkah yang dilihatnya secara daring, guru memerlukan pelatihan secara langsung dan didampingi serta berkala agar mampu mengaplikasikan teknologi dengan sebaik mungkin.
Waktu untuk penyesuaian diri pun terbilang sangat cepat sehingga penyesuaian ini membuat guru tidak siap. Banyak hal yang perlu disiapkan selain perangkat lunak yang harus dikuasai guru, guru juga memerlukan perangkat keras berupa laptop.
Fasilitas ini harus disiapkan guru secara mandiri. Walaupun masih adanya kekurangan dari guru tapi apa boleh buat, pembelajaran harus tetap berjalan dan guru sudah melakukan dengan sebaik-baiknya.
Setelah kurang lebih satu tahun pandemi Covid-19 ini melanda dunia khususnya Indonesia, akhirnya kasus positif pun menurun dan pada bulan September pemerintah sudah memperbolehkan pembelajaran tatap muka terbatas yang dilakukan di sekolah. Kebijakan ini direspon dengan baik oleh guru maupun siswa. Siswa dengan semangat menyambut hal ini karena sudah tidak sabar untuk dapat berinteraksi langsung dengan teman-temannya dan jenuh dengan pembelajaran daring.
Walaupun demikian, ada pula sebagian siswa yang tidak diperbolehkan oleh orang tua karena alasan kesehatan, bahkan ada juga yang lebih memilih untuk belajar dari rumah karena lebih praktis menurutnya.
Sudah terlalu lama siswa belajar dari rumah sehingga menimbulkan presepsi “lebih nyaman belajar dari rumah”. Mengapa demikian? Karena siswa tidak harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, hanya perlu bangun dari tempat tidur, mengganti baju menggunakan seragam, kemudian buka laptop atau gawai untuk memulai pembelajaran.
Pembelajaran tatap muka terbatas menjadi salah satu harapan seluruh elemen pendidikan untuk segera merasakan pembelajaran kembali normal. Dalam penerapan pembelajaran tatap muka terbatas ini tidak juga semulus yang dibayangkan, karena siswa yang masuk di kelas terbatas hanya setengah kelas maka sekolah menerapkan berbagai kebijakan, salah satunya adalah sistem hybrid.
Pembelajaran dengan sistem hybrid ini menerapkan pembelajaran secara langsung, guru mengajar di kelas sekaligus melakukan pembelajaran daring untuk siswa yang belajar dari rumah. Lalu, apakah pembelajaran dengan sistem hybrid ini efektif?
Pada teorinya, pembelajaran dengan sistem hybrid ini memang efektif karena siswa di rumah juga dapat mempelajarai hal yang sama dengan teman-temannya yang belajar di kelas, guru pun terbantu karena tidak harus mengajar dua kali di kelas yang sama. Tetapi pada praktiknya, banyak sekali kendala.
Kendala tersebut dirasakan oleh guru dan murid. Yang paling utama dan menjadi sumber kendala adalah jaringan internet. Sekolah perlu menyediakan jaringan internet yang memadai untuk pembelajaran, bukan hanya satu dua kelas saja tapi untuk seluruh kelas.
Jika jaringan internet ini belum dapat menampung seluruh pembelajaran tatap muka yang dilakukan sekolah, sistem ini pun menjadi kurang efektif dijalani. Terlebih lagi ketersediaan kamera. Pembelajaran dengan sistem hybrid perlu menggunakan kamera yang dapat menangkap gambar guru yang sedang menerangkan dan materi yang sedang ditayangkan. Kamera yang dimiliki komputer kelas tidaklah cukup karena ruang gerak guru akan terbatas. Maka dari itu kamera sangat diperlukan dalam pembelajaran dengan sistem hybrid ini.
Pembelajaran dengan sistem hybrid ini memerlukan fasilitas yang akseptabel agar pembelajaran hybrid dapat dijalankan dengan baik dan diterima dengan baik juga oleh siswa. Diharapkan sekolah dan pemerintah dapat bekerja sama untuk dapat memfasilitasi sistem ini agar guru maupun siswa dapat belajar dengan nyaman dan pembelajaran pun menjadi efektif.