Oleh
: Liza Sania Andrayani
Mahasiswa STIE JIC
Pandemi covid-19 adalah masa krisis bukan
hanya masalah Kesehatan namun juga
berdampak pada masalah ekonomi. sebab terjadinya perubahan gaya hidup dan cara
bersosialisasi sehingga mengganggu perekonomian negara. Berbagai kegiatan yang
harus dirumahkan seperti sekolah, bekerja dan lain sebagainya. Hingga
mengganggu aktifitas transportasi sekalipun.
Beberapa perusahaan besar terkena dampak, seperti
yang terjadi pada salah satu restoran cepat saji yaitu KFC, yang harus menutup
115 gerai, dan hampir 10 ribu karyawannya yang harus terdampak. antara lain,
sebanyak 4.988 karyawan dirumahkan, sementara itu 4.847 karyawan di potong
gaji. Tempat perbelanjaan besar seperti Matahari dan Giant pun terkena
imbasnya, Matahari sendiri mengalami kerugian sebanyak 95 miliar sehingga harus
menutup 13 gerai nya, sedangkan Giant mengalami kerugian sebesar 1,2 Triliun,
tak dapat bertahan ditengah krisis ini gerai Giant pun ditutup di seluruh
Indonesia. Lantas bagaimana nasib para pelaku usaha UMKM ?
Ditengah situasi yang serba dibatasi ini,
masyarakat dianjurkan untuk tetap dirumah saja, dan meminimalisir kegiatan
diluar rumah, sehingga kegiatan jual beli tatap muka berkurang frekuensi nya,
hal ini sangatlah berdampak pada kegiatan ekonomi seperti di pasar atau di
pusat perbelanjaan lainnya, sehingga aktifitas yang serba online berkembang
pesat peminatnya.
Dilansir oleh CNN Indonesia, warganet
Indonesia menduduki peringkat pertama terbanyak melakukan belanja online di
dunia, menurut data yang dihimpun oleh Global Web Index dan dirangkum oleh We
Are Social and Hootsuite, sebanyak 86% pengguna internet Indonesia melakukan
belanja online. Pada tanggal 8 April 2020 Anies Baswedan selaku gubernur DKI
Jakarta menyiapkan system belanja online di 105 pasar selama PSBB.
Di tengah pandemi yang saat ini tengah
melanda, bisnis E-commerce sangat menjanjikan melihat proyeksi
pertumbuhan naik 33,2% pada tahun ini, sehingga mencapai 337 Triliun. Temasek
dan Bain & Company soal e-Conomy 2020 menyebutkan bahwa, waktu yang
disediakan orang untuk masuk ke platform online shop sepanjang terjadinya
pandemi dari semula 3,7 jam/hari menjadi 4,7 jam/hari ketika terjadi lockdown
dan menjadi 4,2 jam/ hari setelah lockdown berakhir
Menurut Analytic Data Advertising (ADA)
aktifitas belanja online ini naik hingga 400% sejak Maret 2020 akibat pandemi.
Tercatat sebanyak 98,3 juta transaksi pembelian lewat E-commerce.
Sebanyak 89% konsumen belanja karena pengaruh iklan di social media, inilah
alasan mengapa strategi Digital Marketing menjadi primadona di kala
pandemi seperti ini, selain mempermudah proses periklanan juga menghemat waktu
dan tenaga, strategi ini juga dapat memperluas jangkauan pasar bukan hanya di lingkungan
sekitar namun juga punya peluang untuk menyentuh pasar global.