Serambiupdate.com - Masyarakat diminta Kantor Staf Presiden (KSP) untuk menyikapi penutupan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100% di 90 sekolah di Jakarta dengan bijak dan tidak panik berlebihan. Kewaspadaan masyarakat terhadap penutupan sementara sekolah itu harus proporsional.
"Waspada harus proporsional tetapi jangan panik berlebih. Kita ribut dengan penutupan 90 sekolah, padahal di Jakarta ada 6.421 sekolah," tutur Abraham.
Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta, sebanyak 90 sekolah ditutup setelah ditemukan kasus Covid-19 pada siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Sekolah yang ditutup mencakup tingkat TK sampai SMA itu tersebar di 5 wilayah kota Jakarta, yakni Jakarta Barat 9 sekolah, Jakarta Pusat 5 sekolah, Jakarta Selatan 31 sekolah, Jakarta Timur 42 sekolah, dan Jakarta Utara 3 sekolah.
Abraham Wirotomo selaku Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden menegaskan, kebijakan pemerintah terkait PTM yang mengacu pada SKB 4 Menteri, yakni jumlah kehadiran siswa dalam PTM ditentukan dari level PPKM tiap daerah sehingga bukan satu kebijakan untuk seluruh wilayah Indonesia.
"Jika angka kasus di Jakarta semakin naik dan level PPKM jadi level 3 maka otomatis PTM dibatasi maksimal 50%. Tapi jika level PPKM kembali membaik maka PTM dinaikan lagi hingga 100%. Ini diatur dalam SKB 4 Menteri," ujar Abraham.
Abraham juga mengatakan hasil verifikasi lapangannya soal dampak pembelajaran jarak jauh terhadap kualitas belajar anak atau peserta didik saat pandemi Covid-19.
"Menurut kajian Kemendikbud dan Kemenag, hanya 15% anak SD kelas 1 yang nilainya sesuai standar. Bahkan hasil verlap KSP malah menemukan 50% anak SD kelas 1 belum bisa baca tulis," tutur Abraham.
Menurut Abraham, pembelajaran tatap muka tetap lebih baik dan diperlukan, terutama pada tingkat dasar.
(ADP)