Oleh : Elisa Andriani
Mahasiswa FEB Uhamka
Kualitas SDM di negara kita kurang dilirik
oleh pemerintah. Kurang disorotnya kualitas SDM ini mengakibatkan
ketertinggalan negara dalam beberapa hal. Indonesia kaya akan sumber daya alam,
tetapi kurang bisa dalam hal pengelolaannya. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia dan beberapa produk yang bahan
dasarnya diekspor lalu negara kita mengimpor barang yang sudah jadi tersebut. Demikian
disebabkan teknologi yang kurang mumpuni serta sumber daya manusia yang masih
belum bisa mengelola atau belum bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang
menyebabkan barang yang harus diproduksi di luar negeri tersebut menjadi mahal.
Indonesia terlalu fokus dalam hal pembangunan.
Deretan proyek infrastruktur terus digenjot dari tahun ke tahun. Selain
tertinggal dalam hal sumber daya, indonesia juga tertinggal dalam hal
infrastuktur. Pada era jabatan SBY dan Jokowi sangat terlihat jelas bahwa proyek
infrastruktur yang terus digalakkan. Sehingga, sampai saat ini negara kita
masih beriringan dengan ketertinggalan kualitas sumber daya manusia.
Apakah kualitas pendidikan menjadi akar
permasalahan kurangnya kualitas sumber daya manusia di negara kita? Kedisiplinan
dan pendidikan moral kurang digalakkan, sistem pendidikan yang terbilang rumit,
pendidikan karakter yang buruk menjadi penyebab buruknya kualitas sumber daya
manusia kita. Pada masa pandemi ini, kedisipilinan para pendidik dan terdidik
sangat kurang diperhatikan. Metode pembelajaran yang sudah hampir dua
tahun ini dilakukan secara daring, membuat banyak siswa bolos sekolah. Hal itu
kurang diperhatikan oleh para guru dan pihak sekolah. Tidak hanya itu, tenaga
pendidik pun tidak sedikit yang absen mengajar. Mereka yang hanya memberikan tugas
dan materi pembelajaran melalui whatsapp tanpa memberi penjelasan akan
materi yang seharusnya diajarkan. Kasus seperti ini banyak ditemukan di Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Sebelum pandemi, pendidikan moral yang
diajarkan sangat kurang. Saat pandemi seperti ini, sudah jelas bahwa pendidikan
moral buka jadi prioritas di sekolah. Sistem
pendidikan yang begitu rumit dengan kurikulum yang diganti dan direvisi belum
membuahkan hasil yang menonjol. Jam belajar yang padat serta mata pelajaran
yang beragam membuat siswa sulit dalam menentukan pilihan minatnya. Hal ini
juga disebabkan oleh pendidikan karakter yang ditanamkan orang tua. Sedari
kecil anak tidak diberi pilihan atau kebebasan dalam memilih. Sehingga saat
sudah memasuki masa remaja, anak jadi sulit dan takut dalam menentukan pilihan.
Sumber daya manusia kita belum dapat memanfaatkan
derasnya arus informasi dan teknologi. Sehingga, menimbulkan kurangnya produktivitas
SDM dan melahirkan SDM yang kurang efektif, efisien, kreatif, dan inovatif.
Kurangnya literasi mengakibatkan SDM kita mengalami misinformasi. Padahal di
era literasi digital ini seharusnya angka literasi bertambah. Namun, karena memang
kurangnya minat baca mengakibatkan Indonesia sangat tertinggal SDM nya. Selain
itu, yang diperlukan SDM kita saat ini bukan hanya keterampilan yang mengikuti
teknologi saja, tetapi juga kemampuan problem solving, critical
thinking, dan active learning sangat diperlukan dan butuh ditanamkan
dan dibangun. Keterampilan
sosial-emosional ini dibutuhkan agar SDM dapat bersaing dan maju karena telah
dibekali karakter yang terbuka terhadap perbedaan, memiliki empati, menghormati
perbedaan, serta rasa tanggung jawab dan disiplin.