Oleh : Hosiyah
Mahasiswa FEB Uhamka
Keberadaan Covid-19 masih menghantui sebagian besar masyarakat yang ada di Indonesia. Tindakan demi tindakan yang mulai dilakukan untuk bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru masih saja memiliki celah yang membuat penyebaran covid-19 masih ada hingga saat ini. Walau bisa diakui bahwa, penyebaran covid-19 tidak se-instent saat gelombang pertama dan kedua menyerang. Salah satu tindakan yang harus dipercepat yakni strategi kebiasaan baru di lingkungan sekolah. Pendidikan saat ini butuh semangat dan proses belajar yang dulu, sebelum adanya pandemi. Sebab setelah dirasakan beberapa waktu, pertemuan tatap muka lebih memiliki banyak manfaatnya, terutama di bidang moral dibandingkan pertemuan online. Pemerintah diharapkan mampu memberikan srategi terbaik demi keberlangsungan pendidikan agar memberi kemanfaatan dan menciptakan sumber daya manusia yang bisa menjadi penerus dalam mengarahkan Indonesia menjadi lebih baik.
Berdasarkan info dari kemdikbud.go.id yang disampaikan oleh Direktur Sekolah Dasar yakni Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd menyebutkan ada tiga langkah yang dilakukan agar bisa beradaptasi demi bisa mencapai tujuan pendidikan Indonesia yang telah ditargetkan sebelum adanya pandemi covid-19. Tindakan pertama yang dilakukan adalah relokasi anggaran yang melibatkan empat kementrian dalam proses pembelajaran tatap muka, koordinasi dengan pemerintah yang berada di daerah yang mana memiliki wewenang yang kuat terhadap sekolah di daerah masing-masing.
Langkah kedua adalah melakukan transisi masa pandemi yang mana melakukan vaksinasi terhadap warga di lingkungan sekolah, baik itu guru, tenaga pendidikan dan juga para murid. Yang ketiga adalah melakukan penguatan dan perluasan digitalisasi di wilayah yang tertinggal sehingga tidak ada sekolah yang tidak sederajat dalam menerima keilmuan. Langkah-langkah tersebut perlu diapresiasi oleh segala pihak, sebab jika tidak dibantu pelaksanaannya maka langkah-langkah tersebut hanya sebatas ide tanpa ada gebrakan.
Dikarenakan masa pandemi yang saat ini tidak tahu kapan akan berakhir, visi misi sekolah harus disesuaikan agar bisa memiliki tujuan yang tetap mendukung murid dalam mendapatkan keilmuan lebih baik walau ada keterbatasan. Guru-guru diharapkan mampu memberikan fasilitas pendidikan melalui teknologi yang bisa digunakan saat ini. Tidak ada lagi istilah guru yang tidak bisa teknologi. Jika guru tersebut tidak mau belajar memanfaatkan teknologi dengan baik, jangan berharap murid-murid yang dibinanya mendapatkan hasil yang baik. Guru harus bisa mengubah dirinya menjadi marketing pendidikan. Guru juga harus bisa mengaktifkan paguyuban sekolah agar bisa merangkul para orangtua agar memiliki peran yang aktif dalam bekerjasama untuk mendidik para murid. Sebab tanpa pengawasan orangtua bisa jadi pembelajaran yang diberikan oleh gurunya menjadi terlewatkan atau bahkan tidak dilaksanakan sama sekali.
Saat ini banyak sekali media pembelajaran dan juga aplikasi pembelajaran yang bisa diakses oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Hal tersebut kembali menjadi tantangan para guru agar bisa memanfaatkan kemudahan yang didapat dari teknologi. Guru yang tidak mau lupa dalam menggunakan teknologi maka dipastikan akan tertinggal sehingga bukan hanya murid yang dirugikan tapi juga sekolah dan juga bangsa. Peran masing-masing individu yang ada di sekolah harus menunjukkan kerjasama dan komunikasi yang baik. Saat seorang guru tidak tahu tentang sebuah teknologi maka guru yang tahu harus mengajarkan guru yang tidak tahu tersebut. Individualisme harus disingkirkan demi kemaslahatan yang lebih baik. Memberikan pendidikan yang baik merupakan tujuan pendidikan bangsa yang harus dilestarikan. Pendidikan saat pandemi menjadi tantangan yang membuat para guru menjadi berkembang bukannya diam sehingga kalah terhadap zaman.