Rara Ayu Wulandari
Mahasiswa FEB Uhamka
Mengapresiasi diri sendiri memanglah hal yang sangat diperlukan. Bentuk apresiasi itu sendiri sering disebut dengan self-reward. Perilaku memanjakan diri sendiri atas kerja keras untuk suatu pencapaian, juga dibutuhkan. Namun, self-reward tidak selalu menjadi hal yang positif.
Terlalu sering melakukan self-reward justru akan membuat kita terjerumus ke dalam lubang gelap self-reward itu sendiri. Segala sesuatu yang berlebihan bukanlah hal yang baik. Begitu juga self-reward. Jika berlebihan maka akan membuat kita menjadi orang yang berperilaku konsumtif dengan dalih menyenangkan diri sendiri.
Tanpa sadar, kita jadi terlalu sering menghabiskan uang tanpa mengontrol keuangan yang ada. Membuat gaya hidup kita menjadi hedon tanpa disadari. Seringnya kita melakukan self-reward justru membuat kita sulit untuk membedakan perilaku self-reward dengan hedonisme. Pembelian impulsif yang tak terkontrol dapat membuat keuangan menjadi berantakan. Oleh karena itu, kita harus dapat mengenali ciri-ciri hedonisme yang berkedok self-reward. Berikut 3 contohnya :
Terlalu sering menghabiskan uang untuk membeli makanan kesukaan
Menghamburkan uang untuk membeli baju-baju baru
Pergi berlibur ke berbagai kota/negara, staycation bersama teman-teman setiap akhir pekan atau hangout di coffee shop setiap harinya
Pada dasarnya mengapresiasi diri sendiri tidak harus melulu dengan barang-barang mewah atau sesuatu yang membuat pengeluaran bengkak. Kita memang membutuhkan self-reward atas setiap pencapaian kita. Namun, jangan jadikan self-reward sebagai ajang pembenaran untuk berlaku konsumtif. Sebelum melakukan self-reward pastikan terlebih dahulu apakah sesuatu yang akan kita lakukan sudah sesuai dengan pencapaian kita? Pikirkan dulu manfaatnya sebelum mengeluarkan uang dengan cuma-cuma. Jadi, yuk kurangi hidup boros berkedok self-reward!