Serambiupdate.com - Berdasarkan analisis Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Surabaya memerlukan seratus Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) karena masih banyak lulusan Sekolah Dasar (SD) yang belum tertampung saat penerimaan peserta didik baru (PPDB).
Wali murid selalu mengeluhkan setiap kali PPDB berlangsung
karena masih minimnya sekolah negeri di Kota Surabaya. Dewan mendukung pemerintah
kota untuk segera menambah lembaga pendidikan
negeri, khususnya SMPN.
Baktiono selaku Ketua Komisi C DPRD Surabaya
mengusulkan pembangunan sekolah negeri di kawasan padat penduduk. Salah satunya
di Kapas Madya, Tambaksari karena di daerah tersebut belum ada SMPN.
“Jika dilihat dari peta, sangat padat, jadi cobalah
ke kawasan padat penduduk,” ujarnya.
Baktiono memahami bahwa mendirikan sekolah negeri
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah kota perlu mencari aset
terlebih dahulu. Lokasi dan luasannya juga perlu dianalisis. Sama halnya dengan
ketersediaan dana.
Politikus PDIP itu mengatakan bahwa jika pemkot
tidak memiliki aset di kawasan padat penduduk, satu-satunya cara ialah dengan membebaskan
lahan. Rumah-rumah warga dibeli. Lalu kawasan tersebut didirikan flat bagi
warga beserta sekolah negeri.
“Ini merupakan win-win solution,” katanya.
Tempat tinggal yang ideal ialah berdampingan dengan
sekolah. Hal itu sebagai solusi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB).
”Didirikan flat yang ada sekolah di situ. Tentu warga
akan lebih nyaman dan tenang,” imbuhnya.
Anggota badan anggaran (Banggar) itu telah
menghitung jumlah SMPN yang perlu didirikan mencapai 100 sekolah. Kini hanya
ada 63 SMPN di Surabaya. Tempatnya jauh dari pemukiman penduduk.
Menurut catatan Dinas Pendidikan (Dispendik)
Surabaya, sebanyak 45.283 siswa kelas VI SD yang bersaing masuk ke SMPN. Sedangkan
63 SMPN di Surabaya hanya memiliki daya tampung sebanyak 18.800 siswa.
”Dari rasio itu, Surabaya memerlukan 100 sekolah. Bagaimana dengan guru-guru sekolah swasta? Mari kita berpikir bersama. Itu dapat diperankan ke sekolah negeri tambahan,” pungkasnya.