Oleh : Siti Safitri
Mahasiswa FEB Uhamka
Mengapa perempuan sering diremehkan dengan pendidikan yang tinggi ?, Sering juga kita mendengar untuk apasih perempuan sekolah tinggi-tinggi? Pasti ujung-ujungnya hanya di dapur sebagai ibu rumah tangga. Pertanyaan yang sering dipertanyakan dan seolah menempatkan posisi perempuan tak berdaya. Padahal perempuan memiliki peran penting dimana pun mereka berada, entah itu disebuah keluarga, organisasi, masyarakat bahkan bagi negara ataupun bangsa.
Padahal pendidikan merupakan hak bagi setiap manusia terlebih lagi bagi seorang perempuan karena akan menjadi seorang ibu dimana ibu memiliki andil yang besar dalam melakukan pengembangan potensi anak dan seorang ibu juga akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dalam hal ini, kita dapat melihat betapa pentingnya pendidikan bagi seorang perempuan yang berpengaruh terhadap peran perempuan dalam mendidik anak-anaknya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan “jika perempuan yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas pula”.
Ketika, pada akhirnya seorang perempuan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, maka jangan anggap perempuan tersebut lemah. Ada pengorbanan didalamnya untuk konsentrasi penuh dalam pelayanan yang tidak bisa dinilai dengan harta benda apapun. Terdapat karya besar dalam membentuk generasi hebat selanjutnya dari pengorbanan perempuan tersebut. Pada umumnya mengurus dan merencanakan masa depan anak-anak, perempuan justru akan berperan lebih banyak daripada pria. Oleh karena itu, perempuan yang akan menjadi IRT perlu memiliki pendidikan yang layak agar dapat mendedikasikan kehebatan, kecerdasan dan pendidikan yang tinggi untuk membangun keluarga. Dengan pendidikan yang tinggi akan bermanfaat bagi kemajuan dirinya, keluarga, dan masyarakat.
Sejak puluhan tahun lalu, seorang perempuan kelahiran jepara bernama Raden Adjeng Kartini lebih tepatnya Raden Ayu Kartini telah memperjuangkan kebebasan dan hak perempuan untuk memperoleh pendidikan secara layak terutama dalam hal emansipasi atau upaya mewujudkan kesetaraan perempuan dalam berpendidikan.
Perkembangan di era saat ini, peran perempuan mulai diperlihatkan bahwa mereka berdaya dan memiliki produktivitas yang menguasai keahliannya. Kesadaran mengenai peran perempuan sebagai sumber daya yang potensial mulai berkembang yang diwujudkan dengan adanya program perempuan dalam pembangunan, walaupun masih membutuhkan usaha ekstra untuk memaksimalkan pemberdayaan perempuan tersebut agar lebih efektif.
Di Era Bapak Erickthohir sekarang ini, posisi perempuan sejajar dengan laki-laki, karena perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin. Hal ini terbukti dengan dibentuknya komunitas Arkadewi dan program Girl Take Over serta terbentuknya Srikandi BUMN dan Women Leadership di lingkungan BUMN.
Persamaan derajat ini sesuatu hal yang perlu diakui sebab pada dasarnya laki-laki dan perempuan adalah sama di hadapan Tuhan. Kita harus menyadari dan mengakui bahwa perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Untuk inilah perempuan harus membangun eksistensinya dalam pembangunan
Perempuan sudah seharusnya diberi kesempatan untuk dapat menentukan pilihan hidupnya, baik dalam mengenyam pendidikan, berkarir, maupun memilih dalam pengabdian hidup sebagai ibu rumah tangga. Setiap pilihan tersebut harus dihormati dan dihargai. Masyarakat seharusnya mendukung perempuan dengan pilihan hidupnya tersebut. Seorang perempuan juga jangan sampai setelah menamatkan pendidikan tinggi merendahkan seorang laki-laki .
Setiap perempuan harus berkarya baik sebagai perempuan berkarir, maupun sebagai ibu rumah tangga. Sebagaimana seorang Kartini mengucapkan dua kata sebagai semboyannya “Aku Mau”, maka hal tersebut memotivasi perempuan untuk terus mau maju, mau lebih aktif dalam berkarya.