Serambiupdate.com - Tim dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) berkolaborasi dengan Wakil Dekan IV Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) bersama Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Uhamka melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang judul Penyuluhan Bagi Siswa SMP-SMA Saintek Uhamka Boarding School (UBS) Jonggol Jawa Barat dalam rangka Meminimalisir Pernikahan Dini. Kegiatan ini dilaksanakan di di SMP-SMA Saintek Uhamka Jonggol Bogor Jawa Barat, Selasa-Rabu (2-3/8).
Tujuan kegiatan
ini untuk meminimalisir peningkatan pernikahan di usia dini, dengan cara
mendatangi sekolah untuk memberikan peyuluhan dalam bentuk edukasi terhadap
siswa di sekolah.
Berikut nama
narasumber dalam kegiatan ini, Heni Ani Nuraeni selaku Wakil Dekan IV FK, Rizki
Amrillah selaku dosen FKIP Uhamka dan Sulistyawaty selaku dosen PBSI FKIP Uhamka.
Heni Ani Nuraeni
selaku narasumber telah mengamati fenomena nikah dini yang terjadi di Indonesia khususnya di daerah
bogor. Nikah dini seharusnya tidak tidak terjadi apabila siswa atau anak usia
di bawah 16 tahun memahami tentang hakikat pernikahan dan tujuan pernikahan.
“Ini merupakan
tugas sebagai guru atau pendidik untuk memberikan edukasi terkait pernikahan
dini di sekolah,” tutur Heni.
Selanjutnya, Rizki
Amrillah selaku narasumber menyoroti tentang
dampak nikah dini dilihat dari aspek psikologi. Ia mengatakan bahwa
nikah dini tidak hanya mengalami gangguan fisik, akan tetapi mengalami gangguan
mental dan psikis.
“Hal ini berisiko
lebih tinggi terjadi pada perempuan. Risikonya adalah gangguan mental seperti
kecemasan dan defresi,” ujar Rizki.
Sementara itu, narasumber
ketiga Sulistyawaty mengatakan pernikahan dini tidak hanya berdampak pada
psikologis akan tetapi berdampak pada sisi sosial. Pernikahan dini bisa
merampas masa remaja khususnya bagi perempuan itu sendiri.
“Masa muda
seharusnya dipenuhi oleh bermain dan belajar untuk mencapai masa depan dan
kemampuan finansial yang lebih baik, namun ditukar dengan beban mengurus anak
dan rumah tangga,” tutup Sulis.