Dalam permasalahan
Sarana dan prasarana yang tertinggal, bagi anak-anak Indonesia Timur hal
tersebut bukan penghalang untuk
bersaing. Ditengah segala macam tantangan, Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat
Indonesia Timur terbukti mampu bicara banyak, khususnya mengenai persoalan
peningkatan kualitas pendidikan.
Menurut Maria pada
kegiatan Konferensi Pendidikan di Timur Indonesia yang di selenggarakan di
Jakarta pada hari Sabtu, dirinya mengatakan bahwa, “Keterbatasan tidak menjadi
hambatan, tapi batu loncatan untuk bergerak lebih baik.”
Dosen UniversitasKatolik Widya Mandira (Unwira), Maria Regina Jaga, juga menegaskan bahwa SDM Indonesia Timur memiliki
semangat dan daya juang tinggi agar mendapat pendidikan yang setara dengan
orang-orang di Indonesia Barat.
Maria mencontohkan,
faktanya saat ini banyak wilayah di Indonesia Timur yang kesulitan akses sarana
dan prasarana dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Permasalahan utamanya
yaitu, listrik dan jaringan internet.
Meski begitu, masyarakat
Indonesia Timur dapat beradaptasi. Kesulitan tersebut diubahnya menjadi sebuah
solusi. Tantangan pendidikan tersebut bisa dijawab dengan memaksimalkan
pembelajaran budaya dan lingkungan sekitar.
"Jadi kalau stigma
yang bilang bahwa kami Indonesia Timur terbelakang, itu sebaiknya datang dulu.
Semua kekurangan kami, semua problematika yang kami hadapi, kami bisa ubah
untuk mendapat kesempatan belajar yang lebih," tegasnya.
Maria juga menilai
program Indonesia Mengajar akan memberikan dampak positif bagi para pengajar
muda yang mau berpartisipasi. Menurutnya, pengajar yang ada di Indonesia Timur
mendapat bekal pengalaman dan pembelajaran yang lebih kontekstual.
"Pengajar yang
terjun akan mendapatkan pemahaman bahwa Indonesia Timur tidak seperti yang ada
di stigma, selalu buruk. Satu tahun mengajar, inspirasi dan pengalaman hidup
mereka belajar dari orang-orang di sana," katanya.
DYL_RPH