"Tentu
saya sudah lihat, resource kita kuncinya adalah, kami tidak mungkin buat
aplikasi itu tidak terintegrasi satu dengan yang lain. Itu menggunakan
data," ujarnya dalam diskusi "Generasi Muda Membangun Negeri"
yang digelar secara daring dan luring, Senin (31/10).
Hasan
menjelaskan bahwa Penggunaan media belajar tanpa bertatap muka membuat seluruh
pihak harus beradaptasi menggunakan teknologi dalam. Hal ini dinilainya sebagai
langkah baik dalam upaya memaksimalkan teknologi
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Teknologi
dan infrastruktur pendukungnya menjadi penting dalam akselerasi peningkatan
kualitas pendidikan. Untuk mendukung upaya itu, regulasi satu data menjadi
acuan bagi Kemendikbud Ristek dalam tata kelola data. Data ini nantinya yang
akan digunakan dalam pengembangan aplikasi maupun kebijakan yang dikeluarkan.
Hasan
menyatakan bahwa proses integrasi pada verifikasi dan validasi dilakukan dengan
bekerja sama dengan berbagai kementerian atau lembaga terkait. Hasil data ini
nantinya mampu diterjemahkan ke dalam program demi peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia.
"Apa
yang sudah kita lakukan, verifikasi dan validasi itu, kemudian dimanfaatkan
untuk program-program yang sifatnya internal maupun eksternal. Kami sudah kerja
sama dengan pihak terkait," tuturnya.
Ekosistem
pendidikan di Indonesia saat ini meliputi jumlah satuan
pendidikan sebesar 646 ribu, 4,2 juta guru dan dosen, dengan total 71 juta
peserta didik siswa maupun mahasiswa. Hasan menilai bahwa kebutuhan teknologi
sangat dibutuhkan dalam peningkatan pendidikan, terutama dalam pemerataan dan
persebaran ekosistem pendidikan yang ada.
"Tidak
ada hal yang sangat mudah diatur dengan rentang kendali. Teknologi menjadi
solusi dan akselerasi peningkatan pendidikan dengan cepat saat ini. Teknologi
dan infrastruktur dibutuhkan dalam pendidikan," ujarnya.