Pemegang
gelar S1 Syari'ah dari Institut Agama Islam Hasyim Asy'ari mengatakan di Kuala
Lumpur, Kamis, bahwa semuanya dimulai pada tahun 2019, ketika ia mendapat
kepercayaan dan dukungan atasenya di Kantor KBRI Kuala Lumpur akan membuka
konseling pusat anak-anak Pekerja Migran Indonesia (IMP) yang tidak berdokumen.
Ibu
lima anak kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini berhasil memanfaatkan ruang dan fasilitas
yang terbatas menjadi kesempatan bagi anak-anak Indonesia di Semenanjung
Malaysia yang sejak kecil tidak pernah mendapatkan akses pendidikan.
“Kalau
saya batasi, anak-anak tumbuh hari demi hari, sementara kita punya kesempatan
(memberikan akses belajar). Mengapa kita
tidak memberi mereka kesempatan? Kata Mimin, ketika ditanya mengapa tidak lagi
membatasi jumlah siswa untuk hanya 50.
Menurut Ketua Cabang Istimewa Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Malaysia, butuh
waktu dan kerja sama dari banyak pihak untuk meyakinkan PMI sebagai orang tua
siswa untuk mendaftarkan anaknya di pusat bimbingan.
“Saya
sangat percaya bahwa orang tua, sesulit apapun, jika saya mengerti, mereka akan
mengerti. Mengapa saya tidak bisa mengatasinya? Karena di belakang saya, ada
banyak orang yang luar biasa. Bukan hanya saya, saya luar biasa. . Saya bukan
apa-apa tanpa bantuan mereka di belakang saya," kata Mimin yang mengaku
sudah 27 kali merasakan Lebaran di Malaysia.
Katanya,
para guru, orang tua, anggota Muslimat NU semua ada di belakang untuk
membantunya.
"Tanpa
orang tua mau bekerja sama, saya bahkan tidak bisa melakukannya," katanya.
Saat
ini, istri Ustadz Liling, Sibro Militia juga telah sukses mengembangkan
pesantren yang memberikan pendidikan lanjutan bagi anak-anak PMI di Malaysia
yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pesantren ini dibangun di
atas tanah wakaf yang terletak di Tanjung Sepang, Malaysia.
DYL_RPH