Serambiupdate.com - Tim Pengabdian Masyarakat Dosen dan Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Fakultas Ilmi-ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) ikut berkontribusi dalam upaya pengembangan lingkungan hidup dengan tema Pengembangan Potensi Kampung Wisata Hijau Melalui Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Budidaya Ikan secara Bioflok di RW 07 Kelurahan Jatisari Bekasi dalam Hibah Program Insentif Pengabdian Masyarakat Terintegrasi dengan MBKM Berbasis Kinerja IKU bagi PTS Tahun 2022 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemdikbud .
Kegiatan secara keseluruhan berlangsung sejak tanggal 1 Desember 2022,
mulai dari asesmen warga, benchkmark ke Komunitas Rumah Maggot RW 09
Jatisari, pembangunan rumah maggot RW 07 hingga penyuluhan dan pendampingan
pengelolaan sampah rumah tangga di RW 07 Kel. Jatisari.
Acara pelatihan dan pendampinagn dilaksanakan pada Sabtu (17/12), dibuka
dengan sambutan dan arahan dari Ketua Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan
Masyarakat (LPPM Uhamka) Gufron Amirullah. Ia menyatakan bahwa LPPM Uhama
diberikan hibah oleh Kemdikbud untuk disalurkan melalui penelitian Uhamka.
”Hibah Insentif Kemdikbud yang ditugaskan ke LPPM Uhamka merupakan komitmen
hilirisasi penelitian di Uhamka” tutur beliau.
Dilain pihak, Ketua RW 07 Kelurahan Jatisari, Cheppy Sujana selaku Ketua RW
07 Jatisari, Bekasi sebagai mitra pengabdian masyarakat sangat gembira dengan program kolaborasi
Uhamka dengan masyarakat RW 07.
”Semoga program ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan agar inisiatif
mengelola sampah dapat diperluas ke seluruh warga RW 07 Jatisari” lanjut Ketua
RW.
Sesi pelatihan dan pendampingan diawali dengan pengantar materi “novasi Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga yang disampaikan oleh Nur Asiah. Ia mengatakan bahwa bukan
hanya sampah plastik saja yang berbahaya dan menjadi sumber penyakit, tetapi
juga sampah sisa makanan rumah tangga.
“Tidak hanya sampah plastik, namun
sampah organik seperti sisa-sisa makanan rumah tangga pun juga bisa berbahaya
dan menjadi sumber penyakit. Sampah tersebut jika dibiarkan begitu saja saat
mengalami pembusukan, tentu akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan menganggu
kenyamanan sekitar. Sehingga kita perlu melakukan suatu upaya tertentu untuk
mengurai sampah organik tersebut,” jelas Ibu Nur Asiah.
Melansir dari YouTube Garda Pangan, diketahui bahwa terdapat 23 – 48 juta
ton sampah makanan terbuang setiap harinya. Hal ini menyebabkan Indonesia
mengalami kondisi darurat sampah makanan. Melalui YouTube Pemprov DKI Jakarta,
disebutkan bahwa Indonesia telah menjadi produsen sampah makanan terbesar kedua
di dunia. Maka dari itu, diperlukan berbagai upaya cerdik untuk mengatasi
kondisi kedaruratan sampah makanan di Indonesia. Salah satunya dengan
menggunakan teknik pembudidayaan Maggot. Maggot merupakan suatu jenis lalat
yang bernama Black Soldier Fly (BSF) yang kemudian disebut sebagai
Maggot BSF.
Narasumber berikutnya, Sampan Widjatmoko dari Tim Edukasi Rumah Maggot menjelaskan
bahwa cara kerja penguraian sampah dengan menggunakan Maggot BSF ini adalah
dengan memisahkan sampah organik rumah tangga yang kemudian sampah tersebut dijadikan
sebagai pakan untuk sekumpulan Maggot. Dalam beberapa saat, sampah organik
tersebut akan lenyap tidak bersisa.
”Saking bagusnya Maggot ini, jika dijadikan sebagai pakan ternak ayam, maka
ayam tersebut akan memiliki daging yang mengandung Omega 369, bukan lagi Omega
6 saja. Tentunya itu akan sangat baik jika dikonsumsi oleh masyarakat. Beliau
juga menerangkan bahwa Maggot BSF ini bisa menjadi peluang bisnis yang
menjanjikan dan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi lokal.Selain Maggot BSF,
keberadaan Bank Sampah juga dinilai sangat penting untuk keberlangsungan
lingkungan hidup. Masyarakat bisa dengan rutin menabung di sana sembari
bersama-sama menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan,” ujar Widjatmoko.
Sementara Udi Mauludi, Ketua Komunitas Rumah Maggot menyatakan sampah yang
masih bisa diolah dan diurai sendiri, bisa diserahkan ke Bank Sampah. Namun
untuk yang tidak bisa diolah dan/atau diurai sendiri seperti popok, pembalut,
bungkus rokok, bungkus sabun cuci baju, itu akan diambil oleh tukang sampah.
Bank sampah tidak menerima sampah yang berjenis demikian.
”Tujuan dari beberadaan Bank Sampah dan budidaya Maggot BSF ini adalah
untuk memberhentikan pengiriman sampah ke Bantar Gebang dan menumbuhkan ekonomi
lokal. Sementara Iwan Setiawan, dari tim edukasi menegaskan adanya keberadaan Bank
Sampah dan Budidaya Maggot mampu meminimalkan pengiriman dan penumpukan sampah
di Bantar Gebang guna tidak menciptakan masalah penyakit di ujung sana.,” tutup
Udi.
Diakhir acara seluruh yang hadir sepakat bahwa langkah kecil akan
menciptakan perubahan besar meskipun hanya satu atau dua orang yang bergerak
dan akan lebih baik jika perubahan ini diciptakan secara bersama-sama sehingga
dapat menjangkau wilayah yang lebih luas.