Serambiupdate.com - Agus Dwi Priyanto selaku Wakil Dekan I Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) menjelaskan, Indonesia akan menerima bonus demorafi pada 2045. Artinya, ada ledakan jumlah penduduk produktif, ketimbang yang tidak. Di mana salah satu yang diandalkan untuk memanfaatkan bonus demografi tersebut, adalah melalui pendidikan vokasi di jenjang SMK.
“Perlu ada perlakuan khusus untuk menyiapkan siswa-siswa SMK agar dapat merebut peluang dan mengisi semua lapangan pekerjaan yang tersedia. Tentu sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri. Salah satunya memaksimalkan Kurikulum Merdeka Belajar dan program link and match,” ujarnya
Kendati demikian, Agus mengingatkan agar mempercepat sosialisasi. Jangan sampai pengalaman seperti Kurikulum 2013 terulang. Di mana sosialisasi sangat minim, namun sekolah dipaksa menerapkan.
“Kurikulum Merdeka lebih meningkatkan kompetensi siswa SMK. Proses pembelajarannya lebih efektif, efisien, dan relevan dengan perubahan zaman. Tentunya didukung link and match industri tadi,” imbuhnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah VI Jawa Tengah Suratno menyebut, pembenahan terhadap pendidikan dan pelatihan vokasi terus digeber. Mulai dari penyelarasan kurikulum, penyediaan sarana-prasarana (sarpras), hingga akreditasi lembaga dan sertifikasi kompetensi lulusan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surakarta Dian Rineta mengaku kolaborasi antarjenjang sekolah berjalan harmonis. Mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA/SMK sederajat. Kolaborasi dikemas dalam bingkai Kurikulum Merdeka, melalui pembelajaran berbasis projek.
“Contoh gelar karya di SMPN 4 Surakarta, yang berkolaborasi dengan SMK. Jadi anak-anak itu membeli bahan sendiri, mengolah, dan menjualnya. Itu bagian dari program Profil Pelajar Pancasila. Kemudian mereka dibina langsung oleh siswa SMK jurusan tata boga,” ungkap Dian.
ADP/SAN