Muhammad Nur Rizal selaku Pendiri GSM
mengungkapkan bahwa festival dengan tema "Meraki" yang berlangsung
hingga 4 Februari 2023 itu menampilkan perwakilan dari 11 komunitas GSM daerah
yang terdiri atas guru, kepala sekolah, hingga kepala dinas pendidikan.
"Festival ini untuk merayakan
perjalanan batin yang tanpa titik dari teman-teman komunitas di Gerakan Sekolah
Menyenangkan dari seluruh Indonesia," ujar Rizal
Rizal berharap publik menyadari pentingnya
melakukan perubahan pendidikan yang lebih memanusiakan serta
menguatkan kesadaran diri sebagai manusia untuk mengantisipasi perubahan dunia
di masa mendatang yang tidak menentu dan penuh disrupsi oleh teknologi, melalui estival yang dilakukan.
"Masa depan yang dihantui oleh
persoalan mental, polarisasi di masyarakat, industri serta dunia kerja yang
berubah drastis, dan perubahan iklim beserta cuaca yang berpotensi merusak
planet perlu didekati oleh manusia yang sadar akan dirinya dan
lingkungannya," tutur Riza
Dalam festival tersebut, para guru hingga
kalangan kepala dinas pendidikan satu per satu menuturkan mengenai pengalaman
mereka dalam melakukan perubahan sistem pendidikan di daerah masing-masing.
Selain itu, ada pula penampilan dari Tim
Orkestra dan Tim Paduan Suara oleh siswa dari sejumlah daerah.
Acara itu dihadiri total sebanyak 800
peserta dari seluruh stakeholder pendidikan, dan para murid yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia di antaranya Medan, Sumatera hingga Supiori,
Papua.
Rizal menjelaskan "Meraki"
diangkat sebagai tema festival karena kata dari bahasa Yunani itu memiliki arti
melakukan sesuatu dengan cinta, kreativitas, dan sepenuh jiwa.
"Dunia pendidikan kita menyeragamkan
semua talenta. Seolah-olah yang benar itu hanya yang pintar Matematika, Fisika
yang nanti siap di dunia industri. Kita ingin mengembalikan bahwa seharusnya
pendidikan itu mengeluarkan potensi bawaan bakat lahir manusia yang
berbeda-beda," jelas Rizal
Selain Festival Sekolah Menyenangkan,
menurut Rizal, GSM juga menggelar simposium di Yogyakarta dengan mengajak guru
memiliki orientasi pendidikan di masa depan sejalan dengan rekomendasi UNESCO.
Elisabeth Dimara selaku guru SD di Supiori,
Papua, yang hadir dalam festival itu menuturkan bahwa perjumpaan dengan GSM
telah membuat dirinya mampu mengajar dengan cinta.
"Setelah saya bertemu GSM dan
berdinamika di GSM, saya kembali menemukan gairah cinta untuk mengajar
anak-anak dengan sepenuh hati. Karena saya merasa diterima di GSM dengan penuh
cinta, dan rasa itu yang ingin saya tebarkan ke anak-anak saya," ujar
Elisabeth.
DYL_RPH