Serambiupdate.com Lembaga Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) dan Ketua Rukun Tetangga (RT) 01 di Wilayah Rukun Warga (RW) 015 Kelurahan Gaga Kecamatan Larangan Kota Tangerang Banten mengadakan pelatihan membuat lilin hias berbahan campuran dari minyak jelantah bagi para warga terutama ibu rumah tangga di wilayah tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka di aula gedung pemuda setempat pada pukul 09.00-12.00 WIB yang kemudian dilanjut dengan membuat lilin hias tersebut di rumah masing-masing kemudian dilaporkan melalui group WhatsApp sebagai bentuk monitoring pelatihan, Minggu (5/2).
Pelatihan ini dibuka oleh Sukarto
selaku Ketua RW 015 dan Sularno selaku Ketua RT 01. Diawali dengan pemaparan materi
pengantar oleh Suci Lestari selaku dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Uhamka mengenai minyak jelantah, mulai dari
definisi, ciri-ciri, hingga dampaknya bagi kesehatan dan lingkungan.
Selanjutnya, pemaparan materi berikutnya disampaikan oleh Dewi Pudji Rahayu
selaku dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Uhamka mengenai
peluang ekonomi dari minyak jelantah dan lilin hias. Kemudian, pemaparan materi
terakhir sekaligus demonstrasi pembuatan lilin disampaikan oleh Ranti An Nisaa selaku
dosen Pendidikan Biologi FKIP Uhamka didampingi oleh mahasiswa Pendidikan
Biologi FKIP Uhamka.
Suci Lestari selaku dosen
Pendidikan Biologi FKIP Uhamka mengatakan bahwa minyak jelantah atau Used
Cooking Oil (UCO) merupakan minyak yang dipanaskan berulang kali pada suhu
tinggi dan mengalami perubahan fisik maupun kimia sehingga minyak menjadi rusak
dan menghasilkan asam lemak jenuh.
“Minyak jelantah atau Used
Cooking Oil (UCO) merupakan minyak yang dipanaskan berulang di suhu tinggi lalu
mengalami perubahan fisik dan kimia sehingga minyak menjadi rusak dan
menghasilkan asam lemak jenuh,” ujar Suci.
Dalam hal ini, asam lemak jenuh
inilah yang dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan jika dikonsumsi. Selain
itu, sifat minyak yang tidak dapat menyatu dengan air menjadikan pembuangan
minyak jelantah ke lingkungan dapat mengganggu ekosistem air dan menurunkan
kesuburan tanah. Oleh karena itu, salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan minyak jelantah ini adalah dengan memanfaatkannya kembali menjadi
produk lain, misalnya menjadi bahan campuran pada pembuatan lilin.
Dilain pihak, Dewi Pudji Rahayu
selaku dosen Akuntansi FEB Uhamka menambahkan bahwa selain menjadi lilin hias,
minyak jelantah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sabun cuci
baju, bahan bakar lampu minyak, cairan pembersih lantai, aromaterapi, bahan
bakar biosolar, dan lain-lain.
“Selain lilin hias, minyak jelantah
ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan membuat sabun cuci baju, bahan bakar lampu
minyak, cairan pembersih lantai, aromaterapi, bahan bakar biosolar, dan
lain-lain menjadikan minyak jelantah berpeluang ekonomis cukup tinggi,” tambah
Dewi.
Disamping itu, pembuatan lilin hias
sering dilakukan sebagai alternatif dalam mengolah limbah minyak jelantah.
Selain mudah diperoleh, alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat lilin hias
pun tidaklah mahal serta mudah ditemukan di berbagai toko.
Disisi lain, Ranti An Nisaa selaku
dosen Pendidikan Biologi FKIP Uhamka mengungkapkan bahwa tidak dibutuhkan
keahlian khusus untuk dapat membuat lilin hias karena hanya memerlukan panci stainless
steel untuk melelehkan paraffin wax dan mencampurnya dengan minyak
jelantah. Namun, terlebih dahulu minyak harus dijernihkan agar lilin hias ini
tidak beraroma tidak sedap saat dibakar dengan cara mencampurkan minyak
jelantah dam bleaching earth selama 24 jam. Dengan demikian, minyak
jelantah jernih akan segera dihasilkan dan siap digunakan.
“Untuk membuat lilin hias tidak
membutuhkan keahlian khusus, hanya diperlukan panci stainless steel
untuk melelehkan paraffin wax dan mencampurnya dengan minyak jelantah.
Namun, minyak harus dijernihkan terlebih dahulu agar lilin tidak berbau apek saat
dibakar dengan mencampurkan minyak jelantah dan bleaching earth selama
24 jam. Setelah itu, minyak jelantah jernih akan segera didapat dan siap
digunakan,” terang Ranti.
Dalam hal ini, bleaching earth
dan paraffin wax dapat diperoleh di toko bahan kimia, sedangkan
alat-alat pembuat lilin seperti panci, sumbu, dan gelas sloki untuk wadah lilin
dapat diperoleh di toko online. Maka dari itu, dibutuhkan beberapa
variasi bentuk, warna, dan aroma pada lilin hias dengan menambahkan pewarna,
pewangi, serta aneka wadah agar tampilan lilin menjadi semakin menarik.
Yusnita Handayani selaku peserta
kegiatan pelatihan menyampaikan pendapatnya mengenai adanya minyak jelantah
yang kini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan lilin hias.
“Saya memang tahu jika minyak
jelantah itu tidak sehat untuk dikonsumsi jadi awalnya saya bingung juga kalau
mau dibuang sembarangan. Namun, sekarang sudah tidak bingung mau diapakan
minyaknya karena sudah dapat digunakan untuk membuat lilin hias yang lucu-lucu,”
ungkap Yusnita.
Oleh karena itu, dengan adanya
pembuatan lilin hias ini diharapkan dapat membuka peluang usaha bagi para warga
khususnya ibu rumah tangga serta dapat menjadi solusi untuk mengurangi limbah
dari minyak jelantah yang berpotensi merusak lingkungan.