Serambiupdate.com - Wakil Dekan I Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka), Nurlina Rahman hadir dalam kegiatan Pelatihan Public Speaking Peningkatan Kompetensi Guru dan Karyawan SMK Negeri 30 Jakarta dengan tema Berani Tampil Percaya Diri di Depan Publik Dalam Tugas dan Fungsi Humas Keprotokolan (Event Management) dan MC/Pewara, Rabu (12/4).
Pada acara ini, Sri Endang Rahayu selaku Kepala SMKN 30 Jakarta dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam memandu setiap acara yang ada di sekolah guru dan karyawan SMKN 30 Jakarta selalu belacar secara otodidak.
“Selama ini kami hanya belajar secara autotidak, di SMKN 30 ini setiap guru dan karyawan secara bergiliran harus memandu acara, dan tujuan dari pelatihan ini agar guru dan karyawan dapat meningkatkan kompetensi menjadi pewara” ujar Sri.
Selanjutnya, Nurlina selaku Wakil Dekan FISIP Uhamka dalam materinya mengatakan, ada banyak hal yang harus dipahami dan dikuasai seseorang yang ingin menjadi MC atau pembawa acara professional. Mulai dari memahami tugas dan fungsi seorang pembawa acara hingga menguasai teknik saat tampil di depan publik.
“Tugas seorang PA yang pada intinya meliputi tiga hal yakni membuka acara, memandu acara dan menutup acara memang sekilas sederhana saja. Tetapi masing-masing tugas tersebut ada ilmunya. Dalam menjalankan tugas tersebut, pembawa acara tak sekadar mengumumkan acara yang akan berjalan, tetapi juga harus harus mampu menarik perhatian, mengatasi hambatan, memberikan informasi serta menstimulir, menggugah dan menggerakkan khalayak,” kata Nurlina.
Nurlina juga menjelaskan, seorang pembaca acara juga penting mengetahui jenis acara yang dibawakannya. Dalam ilmu public speaking, pembawa acara/pewara atau biasa dikenal master/mistress of ceremony (MC) dibedakan dari cara, isi dan bentuk penyampaiannya. Hal tersebut didasari dari Jenis acara yaitu state function (upacara kenegaraan), formal function (acara resmi), semi resmi/semi formal dan acara entertaintment (hiburan) dan atau family function.
“Hal-hal yang bersifat teknis juga harus dikuasai seorang pembawa acara seperti suara yang baik, tenang dan tahu maksud maupun tujuan acara. Ini penting agar seorang pembaca acara mencapai apa yang jadi sasarannya. Ketika ada seorang pewara untuk acara formal yang menyebutkan satu persatu tamu atau hadirin, tindakan ini tidak dibenarkan dalam ilmu public speaking. Kita cukup menyebutkan tamu-tamu VVIP, VIP, tidak harus semuanya,” tambah Nurlina.
Lebih lanjut, Nurlina menjelaskan bahwa untuk acara formal seorang pembawa acara juga tidak dibenarkan memberikan ulasan atau komentar terhadap hal-hal yang dikatakan pembicara lain. Jadi cukup menyebutkan acara dan urutannya saja. Dalam kesempatan tersebut, Nurina juga berbagi cara untuk mengolah vocal bagi seorang pembawa acara. Meliputi aspek ekspresif penyampaian yang terdiri atas suara, penggunaan bahasa, gerak gerik, bahasa tubuh dan kontak mata.
“Mengatur suara perlu memperhatikan tiga hal penting yakni artikulasi, volume, jeda, intonasi, diksi, dan kontak mata. Sedang untuk gerakan, usahakan bergerak secukupnya dan dengan tujuan gerakan juga harus natural dan mendukung kata-kata yang diucapkan pewara dan tentu isi pesan dalam memandu acara. Bahasa tubuh penting bagi seorang pembawa acara untuk berdiri tegak dan tidak kaku, santai atau kasual tapi tidak terkesan malas, biarkan tubuh bereaksi terhadap yang dirasakan, serta buatlah kontak mata yang baik,” tutur Nurlina.
Sebelum tampil, Nurlina berpesan agar seorang pembawa acara sebanyak mungkin berlatih baik di depan teman atau keluarga