Serambiupdate.com - Badan Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan Karir dan Alumni (BPPKKA) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) menyelenggarakan Seminar Kewirausahaan dengan tema Menggali Potensi Mahasiswa sebagai Enterpreneur Muda. Acara ini dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom, Rabu (21/6).
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Muhammad Dwifajri selaku Wakil Rektor IV Uhamka, Eko Digdoyo selaku Kepala (BPPKKA) Uhamka, Toni Firmansyah selaku CEO produk kosmetik SR12, Ketua Lembaga UMKM PP Muhammadiyah dan alumni Farmasi Uhamka, dan dimoderatori oleh Sugiono selaku Kepala Divisi Pembinaan Kemahasiswaan, Prestasi dan Ortom BPPKKA Uhamka, stakeholders dan peserta sebanyak 705 orang pendaftar dari berbagai prodi di Uhamka dan Perguruan Tinggi diluar Uhamka.
Muhammad Dwifajri selaku Wakil Rektor IV Uhamka menyampaikan harapannya bahwa seminar kewirausahaan ini menjadi sebuah proses belajar untuk menjadi pengusaha atau wirausahawan yang dimulai dari perubahan pikiran untuk melakukan perubahan mindset dan peneguhan mindset.
“Menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan ini sebagai proses belajar untuk menjadi pengusaha/wirausahawan entrepreneur, ada yang mulai dari perubahan pikiran untuk melakukan perubahan mindset, yaitu bagi mereka yang belum sadar pentingnya kerwirausahaan atau meneguhkan bagi yang sudah sadar pentingnya kewirausahaan untuk memenuhi wawasan pengetahuan kewirausahan” ujar Fajri.
Poin kedua yang disampaikan Fajri adalah memiliki kesadaran kolektif, bahwa bagi sebuah bangsa yang ingin memilki kekuatan maka salah satu pilarnya adalah entrepreneur, dalam standar yang dipahami sudah mahfum bahwa sekurang-kurangnya ada 4% wirausaha yang harus ada di sebuah masyarakat disebuah negeri. Hal ini menjadikan Indonesia di tahun 2045 harus memiliki pengusaha yang dapat mendukung eksistensi dalam suatu bangsa sebagai suatu proses penting dan kita menjadi salah satu element penting, dalam poin ketiga. Poin selanjutnya, sebagai seorang muslim kita sadar bahwa menjadi entrepreneur itu adalah bagian dari upaya memberi manfaat lebih banyak bagi orang sekitar.
“Enterpereneur menghadirkan kemandirian mandiri, memberi manfaat bagi orang banyak adalah ruh nya ajaran Islam khoirunnas anfauhum linnas sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi yang lain. Menjadi entrepreneur tidak hanya menghidupi diri sendiri tapi juga menghidupi banyak orang. Poin terakhir yang disampaikan adalah menjadi akademisi tidak berarti tidak boleh menjadi seorang entrepreneur,” tambah Fajri.
Di lain pihak, Eko Digdoyo selaku Kepala BPPKKA,, mengatakan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan informasi kewirausahaan, memberikan motivasi bahwa peningkatan kualitas SDM itu penting dan menumbuhkan kesadaran dan motivasi peserta untuk orientasi kewirausahaan.
“Seminar ini merupakan program yang telah terencana, menjadi agenda rutin tahunan dalam rangka meningkatkan wawasan skill kemahasiswaan di bidang enterpreneur yang tentunya kita berharap bahwa hasil seminar ini tidak hanya kegiatan tahunan tapi membawa luaran yang mendukung kegiatan-kegiatan akademik maupun non akademik. Seminar kewirausahaan ini berkaitan dengan mata kuliah kewirausahaan, namun tidak cukup dengan kuliah kewirausahaan di ruangan tapi perlu informasi, perlu mendapatkan satu pengetahuan di dunia nyata dengan menghadirkan alumnus fakultas farmasi yang telah menjadi enterpreneur muda diharapkan memberikan kiat, pengetahuan bagaimana membangun jiwa entrepreneur. Hal ini sejalan dengan salah satu visi Uhamka yaitu membentuk alumnus memiliki jiwa entrepreneur,” tutur Eko.
Sementara itu, Toni Firmansyah selaku CEO produk kosmetik SR12, Ketua Lembaga UMKM PP Muhammadiyah dan alumni Farmasi Uhamka sebagai narasumber menyampaikan mindset entrepreneur itu adalah bagaimana dia menjadi solusi untuk masalah masyarakat dunia seluas-luasnya. Embrionya adalah pola pikir, disitulah awal mulanya kebiasaan akan menjadi budaya dan akan menjadi karakter.
“Ada empat poin untuk membangun jiwa entrepreneur yang disampaikan narasumber diantaranya, mempunyai visi yang kuat sebagai pondasi besar, visi yang kita tanam akan menjadi karakter perusahaan kita. Kedua mempunyai mimpi, mimpi itu penting agar kita mempunyai roadmap sebagai arah tujuan perjalanan perusahaan. Tujuan lima tahun, sepuluh tahun, 15 tahun bahkan 50 tahun kedepan mau seperti apa akan bergantung kepada mimpi seorang foundernya. Ketiga, Ilmu pengetahuan, menjadi seorang CEO/direktur kemampuannya tidak hanya vertikal tapi juga horizontal, meskipun apoteker harus paham keuangan, marketing, sales, harus kuasai dibidang manapun walaupun berat tapi bisa dipelajari. Yang ketiga, mengetahui kekurangan dan kelemahan, jangan sampai kita tidak tahu kegagalan kita seperti apa sehingga bingung ketika melakukan evaluasi berbisnis apalagi sampai tahap inovasi tidak tahu harus bagaimana. Dan yang terakhir, terus bertumbuh dengan melakukan inovasi dan evaluasi secara cepat,” ucap Toni.