Serambiupdate.com Nyoman Anjani seorang wanita lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mendapatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang merupakan kampus terbaik di dunia. Ia sangat percaya bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Hal itu terlihat dari karier dan pendidikannya yang menjadi lulusan ITB berkat usaha dan kerja kerasnya ia mendapatkan beasiswa LPDP ke kampus terbaik dunia yaitu Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan kini menjadi seorang entrepreneur
Wanita yang
dikenal sebagai Nyoman merupakan kelahiran Bandung yang memiliki keturunan dari
Bali. Sejak kecil, Nyoman selalu diajarkan dan dibekali oleh ayahnya yang
merupakan seorang pensiunan yakni Profesor teknik mesin di ITB.
"Jika ingin
Indonesia maju, industrinya juga harus maju,”
ungkap ayahnya membuat Nyoman tertakesan dan tertarik
untuk masuk ke dunia teknik. Lalu, pada akhirnya ia masuk ke ITB dengan Jurusan
Teknik Mesin.
"Jadi, daripada
saya terlalu spesifik, saya ambil saja teknik yang bisa masuk ke industri manapun.
Lalu, akhirnya saya mengikuti SNMPTN, dan akhirnya saya keterima di ITB,"
ujar Nyoman dikutip dari laman Kemenkeu, Senin (16/10).
Meskipun jurusan
ini didominasi oleh laki-laki, tetapi kehidupan studi Nyoman tak surut dari
prestasi - prestasi yang telah ia lakukan. Bahkan, Nyoman pernah menjadi Ketua
Kabinet Keluarga Mahasiswa (K3M) ITB 2013/2014.
Bekerja Sambil Mendaftar LPDP
Setelah mendapatkan gelar S1 pada tahun 2014, Nyoman pada saat itu memilih untuk bekerja di sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Ia bekerja selama kurang lebih 5 tahun dengan posisi yang berbeda-beda, mulai dari manufacturing sampai di bagian supply chain.
"Saat saya
bekerja pada tahun ketiga, saya sudah mulai merasakan dan memikirkan tentang
kedepannya. Sepertinya saya butuh S2 nih untuk bisa meningkatkan kemampuan saya
dan juga meningkatkan karier saya. Saya berpikir kalau S2 harus sekalian dapat
sekolah terbaik di dunia. Saya mulai untuk mencari-cari dan memutuskan untuk ke
Amerika," kata wanita kelahiran 1990 ini.
Niat Nyoman
membawanya pada kondisi bahwa ia harus mempersiapkan pendaftaran LPDP yang tak
sedikit, sambil melakukan pekerjaan yang ia lakukan. Ia meluangkan waktu kosong
setelah pulang kerja di malam hari dan subuh sebelum kerja untuk belajar dan
persiapan.
Pada tahun 2018,
ia gagal karena skor bahasa Inggris yang belum mencukupi. Meski begitu, ia tetap
berusaha dan bekerja keras. Ia sama sekali tidak putus asa. Akhirnya, pada
tahun berikutnya Nyoman mencoba kembali mendaftar dan berhasil mendapatkan
beasiswa, seperti impiannya. Nyoman diterima di kampus MIT yang merupakan salah
satu sekolah terbaik di dunia. Ia mengambil jurusan Master of Science in Engineering and Management.
Merasakan Culture Shock di Kampus Nomor Satu Dunia
Pada awal
studinya, Nyoman mengatakan bahwa ia pernah menjalani adaptasi dengan cukup
berat. Selain itu, ia juga mengikuti cross registration di Harvard Bisnis School.
"Berat
banget S2 itu, bahkan lebih capek dari kerja kalau yang saya rasakan. Saya bisa
mengerjakan itu (tugas) sampai tengah malam jam 1 baru tidur, jam 2 baru tidur,
terus jam 7 harus ke kampus lagi buat kuliah," pungkasnya.
Kuliah di MIT
juga ada gap knowledge
antara apa yang dipelajari di Indonesia dengan pendidikan di sekolah besar
seperti MIT dan Harvard. Jadi, mahasiswa harus belajar dan membaca lebih banyak
untuk mempersempit gap tersebut.
"Mereka
tidak takut dianggap (melontarkan) pertanyaannya bodoh. Jadi ketika kuliah tuh,
dosen lagi ngajar, mereka akan angkat tangan buat bertanya. Kalau di Indonesia
kan biasanya di akhir kuliah, dosen tanya "ada yang mau bertanya?"
Kita kan biasanya diam," tutur Nyoman dengan tegas.
Meski adaptasi
cukup berat, pada akhirnya ia sangat senang karena MIT merupakan universitas
terbaik di dunia uang memiliki fasilitas, tenaga pengajar, dan kurikulum di
atas rata-rata.
Nyoman
mengatakan bahwa disana juga terdapat ajang business conference, yakni suatu konferensi di mana
mahasiswa bisa bertemu dengan investor. Jika mahasiswa itu memiliki ide startup
dan mengajukan proposal, mereka akan diberi modal $2500 sampai $5000 untuk
mengimplemetasikan idenya, beserta mentor dari profesor atau alumnus MIT.
"Jadi
ekosistemnya itu sangat mendukung mahasiswa untuk bisa berinovasi dan membuat
wirausaha sendiri," kata Nyoman.
Melirik Dunia Bisnis
Pada saat itu, Nyoman
pun akhirnya menyelesaikan studi S2nya pada tahun 2021 dengan gelar Master of Science in Engineering and
Management.
Semua pengalaman-pengalaman
studi yang ia lakukan dan kehidupan di negeri Paman Sam telah membuka wawasan
dan pemikirannya. Berawal dari sini, ia ingin memberikan pengaruh positif yang
lebih kepada masyarakat atas ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan.
Pada saat itu,
Nyoman yang sudah menikah dan merasakan LDM (Long Distance Mariage) ingin bisa bekerja dengan tidak
banyak meninggalkan keluarga. Dalam masa pencarian ide usahanya, Nyoman
dihadiahi dan dikaruniai dengan sebuah kehamilan. Ia kemudian terpikir bahwa sulitnya
untuk mencari produk-produk skin care atau personal care untuk merawat bayi
atau anak-anak dengan kualitas baik, berkhasiat, namun dengan harga terjangkau.
Sebab,
menurutnya, produk-produk tersebut kebanyakan masih didominasi brand premium
dengan harga melejit dari luar negeri. Sementara brand lokal yang ada dengan
harga murah belum bisa maksimal memberikan efikasi atau khasiat pada
penggunanya.
"Akhirnya
saya lihat di situ ada opportunity,
ada gap. Akhirnya saya menggunakan experience (ketika bekerja), network pabrik yang saya wawancara
ketika (mengerjakan) master
thesis, kenapa saya nggak bikin sendiri brand saya? Akhirnya saya bangun
Gently (Gently
Indonesia)," jelas Nyoman.
Namun, setelah
melalui berbagai perjuangan dan tahap-tahap yang sulit, Akhirnya Nyoman secaa
perlahan-lahan melakukan RnD (Research
and Development) untuk produknya. Ia mencari pabrik untuk produksi, supplier, serta berbagai
persyaratan lain untuk sebuah produk.
"Akhirnya saya launching produk di April 2022 kemarin. Jadi cukup panjang perjalanannya," ucapnya. Usaha Nyoman akhirnya tidak sia-sia. Usahanya Nyoman ini adalah produk perawatan ibu dan anak yang tak hanya memberi manfaat namun kesadaran akan produk yang aman.
"Kita tidak
hanya natural dan save,
tapi juga ada health benefit
kepada si pengguna atau user”
lanjutnya.
Wanita Lulusan ITB & MIT, Kini Bangga Jadi Ibu
dan Entrepreneur
Kini, Nyoman
bukan hanya sekedar wanita lulusan ITB dan MIT saja, tetapi ia juga merupakan seorang ibu dan entrepreneur yang telah
memiliki 8 orang karyawan. Bagi Nyoman, perjuangannya selama ia menempuh
pendidikan tidaklah sia-sia. Logika dalam berpikir menjadi sebuah bekalnya
dalam mengembangkan dan melakukan usaha.
Selain itu, ia
juga memiliki etos belajar yang terjaga. Misalnya saat ada kesulitan bisnis,
tentang marketing, talent, serta distribusi barang, ia terus mempelajarinya.
Namun, Nyoman juga mengakui jika peran keluarga sangatlah penting untuk
menguatkan sayapnya agar bisa terbang lebih tinggi lagi.
Menurutnya
support keluarga merupakan hal yang sangat penting, karena bisa membuatnya
fokus dan tenang dalam bekerja. Terlebih lagi, sang suami yang juga membantu
usahanya sekaligus menjadikan nilai positif bagi Nyoman.
"Yang pasti
bantuin ngurus anak kalau saya harus kerja keluar rumah lama, terus juga bahkan
ayah saya juga suka ngasih modal dikit-dikit dulu di awal-awal buat ngejalanin
usaha ini," ucap Nyoman.
Nyoman berharap
usahanya bisa menyerap dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas lagi. Selain itu, Ia juga berharap bisa memberikan
khasiat yang baik serta health benefit hingga bisa dicintai dan disenangi oleh konsumen
khususnya untuk seluruh ibu dan anak Indonesia.
Namun, tentang
manfaat, bagaimana memberi manfaat buat masyarakat luas, bukan cuma dari
lapangan pekerjaan, tapi juga dari produk yang kita ciptakan," ujarnya.
"Ini semua
tentang manfaat yang bisa kita berikan selama kita hidup kepada orang di
sekitar kita. Apa sih yang bisa kita tinggalkan atau berikan ke lingkungan kita
setelah kita nggak ada di dunia ini?" ungkapnya lagi.
Selain itu, Nyoman
juga memberi semangat atau motivasi kepada siapapun yang sedang berusaha
menggapai cita-cita atau melanjutkan pendidikan. Ia mengingatkan agar tidak
mudah menyerah.
Sebab, semua
orang mempunyai kesempatan yang sama, siapa yang bisa memanfaatkan waktu dengan
baik mereka akan berhasil.
"Jangan
cepat putus asa, kalau gagal coba evaluasi diri apa yang bisa diperbaiki lalu
bangkit lagi. Jadi kalau sedih jangan berlarut-larut. Bangkit lagi aja dan
yakin ketika kita usahanya keras dan berdoanya juga sungguh-sungguh, kita pada
akhirnya pasti akan dapat hasil terbaik. Jadi usaha tidak pernah membohongi
hasil, saya percaya banget itu," kata Nyoman.
(Ananda Z/Dyl)