Serambiupdate.com Pemerintah Kota
Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan menjadi pionir dalam memberikan layanan
pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) agar mereka juga dapat
mendapatkan haknya di dalam bidang pendidikan sebagaimana anak normal lainnya.
Keterangan
tertulis dari Dinas Informasi dan Komunikasi Banjarbaru bahwa program rintisan
bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) ini merupakan yang pertama kali diterapkan
saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan.
“Program ini
merupakan langkah awal untuk mengubah budaya mengajar yang ada di lembaga
pendidikan agar ABK dapat belajar sesuai kemampuannya,”ujar Wali Kota
Muhammad Aditya Muftin Ariffin.
“Saat ini
seluruh sekolah di Banjarbaru sedang berupaya untuk mengintegrasikan anak dan
menciptakan lingkungan yang baik di sekolah untuk menampung anak berkebutuhan
khusus” Lanjutnya, menurut Aditya.
Aditya juga
menegaskan bahwa pihaknya akan terus memajukan pendidikan ABK dengan memberikan
program pelaksanaan dari Dinas Pendidikan Banjarbaru.
“Kami serius
memberikan pelayanan kepada ABK dengan mengalokasikan sumber daya khusus
melalui APBD yang siap melakukan asesmen pendidikan kepada setiap anak,” ungkapnya.
Direktur
Pelayanan Pendidikan Banjarbaru Dedy Sutoyo mengatakan, tujuan asesmen untuk
mengetahui apa saja kekurangan anak saat mengikuti pembelajaran di sekolah agar
dapat diatasi.
“Pendanaan
dialokasikan dalam APBD dan kami bekerja sama dengan Program Penelitian
Pendidikan Khusus ULM. Dengan demikian, melalui asesmen, ketidakmampuan belajar
pada anak dapat diidentifikasi dan kemudia dicari solusinya,” ucapnya.
Dedy menilai
penilaian ABK penting agar Guru Pembimbing Khusus (GPK) di setiap sekolah bisa
menyesuaikan metode pengajaran yang efektif, apalagi jika sudah disiapkan
fasilitas khusus, khususnya untuk sudut integrasi.
Sudah
terlaksananya pada 181 sekolah dalam memberikan pendidikan inklusif di
Banjarbaru termasuk sekolah negeri mulai dari PAUD hingga SMP dengan jumlah ABK
sebanyak 668 orang yang terdiri dari 320 siswa PAUD, 236 siswa SD, dan 65 siswa
SMP.
Sedangkan jumlah
guru yang bersedia membimbing dan mengajar di sekolah tersebut sebanyak 117
orang. Meski jumlah tidak sebandung, namun program tetap berjalan dengan baik.
(Aulia N/Dyl)