Penelitian ini dilakukan secara
Mix Methode dengan 457 orang responden yang berasal dari empat kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar. Responden dengan
klasifikasi usia Semua Umur, 13+, 17+, dan 21+. Survey yang dilakukan dengan
instrumen daftar pelaksanaan dan penyetaan, FGD yang dilakukan bersama
pakar-pakar hebat ini dilakukan untuk menggali informasi sebelum pelaksanaan
riset maupun setelah pelaksanaan riset. Hasil dari penelitian ini, 89% responden
lebih banyak menonton melalu jaringan internet atau sosial media dan
berlangganan, sedangkan 9% menonton TV dan 2% menonton langsung di bioskop.
Melalui hasil
penelitian ini juga terlihat anak-anak lebih banyak mengakses film melalui
smartphone dibandingkan melalui televisi atau Bioskop. Ada tiga genre film yang
sangat ditunggu oleh masyarakat, seperti genre film horor, drama dan komedi.
Penelitian akan menciptakan hasil berupa penguatan kebijakan, seperti perubahan
klasifikasi usia khususnya 17+.
Dalam kegiatan
Sosialisasi penelitian tersebut, Prof.
Nani Solihati Wakil Rektor III Uhamka menyampaikan bahwa penelitian ini merupakan langkah signifikan dalam upaya
memahami pentingnya sensor film dalam menyajikan konten yang bermutu dan
relevan.
”Kedepannya, Hasil
penelitian ini akan dipublikasikan dalam bentuk
artikel yang akan dimuat di jurnal nasional maupun internasional sebagai
salah satu referensi dan masukan khususnya untuk orang-orang yang fokus dalam
peningkatan kualitas perfilman yang ada di Indonesia,” ujar Prof Nani.
Di lain pihak,
Prof. Fasli Jalal selaku pakar pendidikan mengungkapkan bahwa hasil penelitian
ini sangat baik untuk terus meningkatkan hasil sensor yang dilakukan oleh
lembaga sensor film untuk menjaga film agar
menjadi salah satu sarana edukasi bagi anak-anak.
”Film memiliki
potensi besar sebagai sarana edukasi karena mampu menyampaikan informasi dan
konsep dengan cara yang menarik dan mudah dicerna oleh penonton. Maka
sekiranya, penelitian ini dapat menjadi sarana peningkatan kualitas film di
Indonesia,” pungkasnya.
Kegiatan
sosialisasi ditutup oleh penyampaian dari Evan Ismail selaku wakil ketua LSF,
bahwa tantangan terbesar kedepan semoga akan ada aplikasi yang dapat membantu
orang tua dalam mengontrol dan memberikan batasan kepada anak anak dalam
menonton film yang sesuai dengan usianya.
”Saat ini tantangan
terbesar kita adalah mendorong peran orang tua dalam mengontrol dan memberikan
pengawasan kepada anak-anak kita dalam menonton film, agar mereka bisa menonton
film yang sesuai dengan usianya,” tutup Evan.