Oleh: izzarohman
Manusia merasa butuh akan banyak hal. Ia hidup dalam perasaan tak pernah cukup. Ia sibuk mengalkulasi ini dan itu demi mengharap hidup yang begini dan begitu. Manusia membutuhkan Tuhan yang memadai untuk menjadi sumber harapan dan kecukupan, yang mengetahui hitungan kebutuhan dan amal hamba-Nya, dan tidak pernah mengecewakan siapa saja yang berserah kepada-Nya.
Sungguh beruntunglah manusia yang tahu dan sadar. Dalam al-Qur’an tiga kali ditunjukkan bahwa Allah ialah al-Hasib. Salah satunya di surah an-Nisa’ ayat 86: innallaha kana ‘ala kulli syay’in hasiba. Sungguh Allah memperhitungkan segala sesuatu.
Allah Maha Memadai. Allah saja mencukupi. Hakikatnya tidak ada kebutuhan manusia kepada selain-Nya. Hanya Allah yang dibutuhkan oleh makhluk; bukan selain-Nya. Sadar ataupun tidak, manusia tidak membutuhkan selain-Nya. Cukup Allah saja. Tidak perlu yang lain.
Allah Maha Mencukupi. Tak ada yang dapat mencukupi kebutuhan hamba selain-Nya. Dia mencukupi keperluan-keperluan hamba dalam masalah dunia ataupun akhirat. Dia memberi kecukupan kepada hamba yang bertawakal kepada-Nya.
Allah Maha Mengalkulasi. Dia mengawasi amal makhluk dan menghitungnya. Tak ada kebaikan atau keburukan dari manusia kecuali Allah memperhatikannya, mengetahui hitungannya, dan membalasnya sesuai dengan karunia dan keadilan-Nya. Kalkulasi-Nya pasti tepat dan akurat. Hamba tak perlu ragu akan balasan dari-Nya untuk setiap kebaikan yang diperbuatnya.
Manusia yang menyadari kedudukannya sebagai hamba al-Hasib menjadi pribadi yang teguh, stabil, dan konsisten. Ia tidak ragu berbuat baik, tidak pula mudah tergoda untuk berbuat buruk. Ia mengelola dunia tanpa terpengaruh olehnya. Ia menguatkan keyakinan, usaha, maupun doanya.
“Ya Allah, cukupkanlah kebutuhan kami untuk menjalani kehidupan dan menjalankan ketaatan. Tak ada yang patut menjadi sandaran, tak ada yang rahmatnya menjadi tambatan, tak ada yang imbalannya menjadi harapan, selain Engkau semata ya Hasib.”