Oleh : Gadis Setia Rahayu
Mahasiswa FEB Uhamka
Orang-orang sangat mengagungkan bahwa dengan kita melakukan
banyak kegiatan yang produktif bakal keren terutama di kalangan mahasiswa.
Contoh nyatanya banyak mahasiswa yang memaksa dirinya supaya menjadi lebih
produktif dengan mengikuti berbagai kegiatan di dalam kampus maupun di luar
kampus, tanpa mengetahui batasan dirinya sendiri. “Aku harus ikut kegiatan
supaya produktif dan gak boleh buang-buang waktu," ucap mereka. Kita
berpikir kalau tidak produktif kita menjadi merasa bersalah. Merasa bersalah
karena belum mencapai kesuksesan orang lain, dan sebagainya.
Menurut saya pribadi, istirahat pun itu termasuk produktif.
Karena istirahat dapat merecharge energi kita dan mampu sayang sama diri kita
sendiri. Terkadang, kita tidak bisa membedakan mana yang produktif sehat dan
produktif yang tidak sehat. Kita merasa kalau tidak ada kegiatan, ada perasaan
bersalah dengan diri kita sendiri. Saya tersadar bahwa ketika kita tidak
istirahat, itu dapat menurunkan tingkat produktivitas. Jadi, tidak masalah
ketika kita istirahat sebentar supaya recharge energi kita kembali.
Jadi sekarang saya beranggapan bahwa istirahat termasuk
produktif juga. Selain itu juga, menurut saya pribadi stop toksik dengan diri
sendiri. Kita harus bisa membedakan kapan produktif dan kapan kita sayang
dengan diri sendiri. "Duh hari ini ngga ngapa'in gue" "hari ini
cuma ngelakuin tiga, padahal bisa lebih" Ucap si paling produktif. Menjadi
seseorang yang produktif memang baik, tetapi ketika seseorang terlalu produktif
akan menjadi bumerang kepada dirinya sendiri.
Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk keluar
dari toxic productivity. Yang
pertama, Strategy down time. Strategy down time adalah kamu bisa
menerapkan waktu istirahat 1 hari dalam seminggu untuk ubah mindset kamu yang
harus selalu produktif. Kedua, Set limit sosmed. Melihat sosial media menjadi
kita dalam fase tidak tenang liat kemajuan orang lain yang membuat diri kita
merasa tidak melakukan apa-apa, fokus dengan hal-hal yang bikin kita bahagia.
Ketiga, lakukan single tasking.
Kalian harus punya prioritas setiap harinya. Contohnya ketika kalian punya
prioritas di hari libur, jangan coba-coba menambahkan prioritas lain.
Sadar kalau kamu bukan robot. Jangan FOMO (fear of missing out) ketika kamu merasa
tertinggal jauh dengan orang lain. Membuat skala prioritas mana kegiatan yang
benar-benar urgent dan mana yang
tidak. Perlu diingat juga bahwa kesehatan mental dan fisik sama pentingnya
dengan produktivitas. Mental sehat, prestasi lebih baik.