Serambiupdate.com Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan inklusif harus terus dilakukan dalam upaya mewujudkan akses layanan pendidikan yang setara untuk setiap warga negara, terlepas dari latar belakang dan kondisinya. "Stigma serta asumsi negatif yang melekat di masyarakat terhadap layanan pendidikan inklusif telah menjadi rintangan besar yang perlu diatasi melalui komitmen nyata dari berbagai pihak terkait," ujar Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam kesempatan tersebut.
Menurut data dari Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (PAUD PNF) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, internalisasi negatif masih menjadi kendala utama dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang inklusif. Saat ini terdapat lebih dari 36.000 satuan pendidikan yang berkomitmen menyelenggarakan pendidikan inklusif dengan beragam kendala nyata yang dihadapi.
Menurut Lestari, berbagai upaya harus dilakukan untuk membendung internalisasi negatif di masyarakat, di antaranya dengan sosialisasi dan edukasi masyarakat yang berkelanjutan mengenai pentingnya pendidikan inklusif. Selain itu, ujar Rerie, julukan akrab Lestari, kompetensi para tenaga pendidik dalam menerapkan metode pengajaran inklusif dan memenuhi kebutuhan khusus siswa perlu terus ditingkatkan.
Oleh karena itu, ujar Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah, langkah konsisten untuk melaksanakan pelatihan guru, termasuk mengintegrasikan materi disabilitas dan pendidikan inklusif dalam kurikulum sekolah sangat penting. Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap dengan kemampuan para pengajar yang meningkat dan pemahaman masyarakat yang semakin baik, penerapan pendidikan inklusif dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
Tegas menurut Rerie, pelaksanaan pendidikan inklusif yang meluas diharapkan mampu turut mewujudkan layanan pendidikan yang lebih setara bagi seluruh warga negara.
(FH/DYL)